Taufiq mengingatkan, “sudah selayaknya kita bersyukur dapat lahir dan hidup di Indonesia yang berbhineka. Udara yang kita hirup adalah udara Indonesia, apa yang kita makan juga berasal dari bumi Indonesia. Maka, sudah menjadi kewajiban kita untuk mencintai sekaligus turut merawat negara ini. Caranya dengan tetap menjaga kerukunan, toleransi, saling menghormati, apapun suku, ras dan agamanya. Ditengah keberagaman inilah Allah SWT memberikan nikmat dan anugerah besar kepada kita untuk li ta’arafu (saling mengenal).”
Sementara itu, Dr. Chairul Huda dalam papara materinya menjelaskan, ancaman kebangsaan hari ini meliputi tiga hal, yakni; terorisme, narkoba dan korupsi. Ketiganya perlu diwaspadai oleh guru-guru RA, agar para murid dapat terhindar dari pemikiran dan tindakan-tindakan yang menjurus kepada tiga hal tersebut.
Lebih lanjut, Huda menjelaskan pentingnya melakukan redesign kurikulum di tingkat RA yang bervisi kebhinekaan dan moderasi beragama. “Kita sebagai pendidik sebaiknya meningkatkan kepedulian kepada siswa. Dosen dan para guru, termasuk guru-guru RA secara aktif dan berkesinambungan mengingatkan kepada para siswa untuk menghindari pemikiran dan sikap intoleransi sejak dini. Siswa yang saat ini duduk di bangku RA adalah generasi penerus bangsa, oleh karenanya kita semua memiliki peran untuk mencegah radikalisme sejak dini,” tegas Sekretaris Prodi Magister Hukum Keluarga Islam (S2 HKI) UIN Salatiga ini.
Editor : Iman Nurhayanto