Bahkan, saking samangatnya menimba ilmu kala itu, suatu ketika Ahmad pernah diajak sang kakak untuk menggembala kambing dan bebek.
Namun karena terjatuh, kakinya sempat terinjak oleh kaki kambing yang tengah digembalakannya hingga membuat dirinya tak bisa berjalan.
Karena itu, selama dua bulan lamanya Ahmad harus menyeret tubuhnya dengan cara 'ngesot' agar bisa berjalan menuju sekolah.
"Suatu ketika saya ikut kakak ngangon bebek dan ngangon kambing, saya jatuh dan kaki saya terinjak kaki kambing sehingga saya tidak bisa jalan. Tapi ke sekolah tetap, saat SD di pantat pakai ban, gunanya untuk duduk jalan ngesot sejauh 7 kilometer setiap hari pulang pergi, kurang lebih selama dua bulan," cerita lulusan S2 Pendidikan matematika di UPI Bandung ini.
Lulus SD, ia pun melanjutkan sekolahnya ke tingkat SMP. Kali ini jarak sekolahnya dengan rumah lebih jauh, sekitar sembilan kilometer ditempuh dengan berjalan kaki setiap harinya. Namun lagi lagi ia tak pernah menyerah akan kondisi kehidupannya.
"Begitu SMA saya ngekost, tapi dengan biaya yang sangat minim, seminggu sekali pulang dengan membawa beras dan dengan satu lawuk yang sudah matang. Jadi kesenangan saya ikan laut, jadi seminggu bisa awet," ujarnya.
Guru Besar Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) yang mengangkat tentang 'Blended Learning Berbasis Smart Classroom' dalam Pembelajaran Matematika ini setelah lulus SMA kemudian mengikuti tes menjadi Prajurit TNI Angkatan Darat di Bandung.
Editor : Iman Nurhayanto