Sesampai di Makkah, dua pemuka tertinggi bertemu Abu Sufyan dan Rasulullah, Abu Sufyan bertanya kepada Rasulullah Ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, kaum Quraisy akan dihabisi? Tidak ada lagi bangsa Quraisy setelah hari (Fathu Makkah) ini.” “Wahai Rasulullah, apakah kau juga diperintahkan untuk membunuh kaummu?” tanya Abu Sufyan. Kemudian Rasulullah menjawab “Tidak. Wahai Abu Sufyan, ini adalah hari kasih sayang (yawmul marhamah), hari di mana Allah memuliakan bangsa Quraisy,” jawab Nabi Muhammad saw yang melegakan semua pihak. Peristiwa ini berjalan dengan damai, bukti bahwa peperangan dalam Islam bukanlah untuk tujuan menghancurkan atau melumpuhkan, tapi lebih dari itu sebagai upaya untuk damai.
Peristiwa damai ini di Al-Qur'an sebagai pengingat bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan cinta damai dan tidak ada dendam. "Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (Al-Fath: 1)
Menelisik dari peristiwa tersebut , bahwa peristiwa Fathu Makkah- Hudaibiyah merupakan rekonsiliasi perdamaian ini tiada bandingannya dalam sejarah bangsa-bangsa di mana pun pada dunia ini. Damai di dalam kamus, memiliki arti sesuatu mengenai ketenangan dan juga non-kekerasan. Ada yang memaknai kata terebut, dengan sinonim “Damai” itu sebuah gencatan senjata.
Tetapi sebenarnya, “Damai” itu lebih dari sekedar gencatan senjata merupakan sebuah persetujuan kesepakatan Bersama untuk menghentikan konflik, apabila seseorang ingin mencapai suatu perdamaian, setiap hari haruslah membuat sebuah perubahan.
Mungkin, banyak orang yang menganggap ini adalah sebuah definisi, tetapi hanya beberapa orang yang mengerti, Damai adalah pusat dari suatu kemajuan. Apabila sebuah Negara atau berdiri tanpa adanya perdamaian, negara tersebut tidak akan mengalami kemajuan. Maka damai itu sangat di inginkan dan diperlukan. Damai adalah sesuatu yang baik bagi dunia. Bagaimana kita bisa merasakannya? Kita dapat merasakannya pada saat keluarga kita berada di sekeliling kita, dan hubungan kita dengan teman kita maupun tetangga kita itu bahagia atau menyenangkan.
Editor : Iman Nurhayanto