Namun seleksi secara fairness (adil), jujur, terukur dan terbuka harus tetap ditunjukkan ke publik. Jangan sampai keberpihakan terhadap perempuan menjadikan tim seleksi berbuat tidak adil. Maka CAT sebagai proses seleksi tahap kedua setelah lolos administrasi tidak semestinya mengalienasikan nilai hasil CAT, sekaligus tidak mengabaikan kebijakan afirmasi perempuan.
Jika hasil seleksi CAT pada urutan ke-15 terdapat nilai yang sama, misal ada 2-3 nama, yang terdiri dari seorang perempuan dan 2 laki-laki, maka peserta yang lolos ke tahap berikutnya dipilih yang perempuan. Keberpihakan kepada perempuan di berbagai bidang kebangsaan saya yakin sudah difahami dan diamini khalayak publik.
Saya sendiri merasa senang ketika banyak guru IGABA (Ikatan Guru TK Aisyiyah Busthanul Athfal) dan aktivis NA ikut berpartisipasi sebagai peserta seleksi PPK dan Panwascam. Sebuah laku sosial politik warga negara yang baik. Saya sampaikan rasa terimakasih kepada ibu Dr. Hj. Umul Bararah, M.Ag. Ketua PW Aisyiyah Jateng yang telah bersinergi dengan LHKP-PWM Jateng.
Hasil sinergi PW Aisyiyah dengan LHKP-PWM Jateng setidaknya telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Di beberapa kabupaten-kota ada guru TK ABA yang saat ini menjadi komisioner KPU/Bawaslu. Tentu saja setelah menjadi komisioner para guru itu tidak lagi mengajar di TK ABA.
Tetapi saya pastikan para ibu dan "mahmud" (mamah muda) anggota IGABA tetap menjadi "guru bangsa" bagi warga Aisyiyah dan masyarakat. Mereka secara periodik melakukan sosialisasi peran perempuan dalam pemilu dan demokrasi. Mereka semua rajin menunaikan zakat, infaq dan sedekah melalui LAZISMu di setiap daerah. Sebagaimana disampaikan salah seorang komisioner KPU Kabupaten tatkala menerima gaji pertama : "Ya Allah Gusti mas Ndan, nyong rasane arep semaput nandatangani gaji Rp 10 juta sewulan. Maturnuwun ya Allah, " (Ya Allah, mas komandan, saya rasanya mau pingsan menandatangani slip gaji Rp 10 juta sebulan. Terimakasih ya Allah).
Editor : Iman Nurhayanto