Pendidikan Buya Hamka
Buya Hamka bersekolah di Sekolah Desa dan Diniyah School saat kecil, ia juga belajar agama di Thawalib di Ujung Pandang namun tidak pernah tamat. Saat berusia 14 tahun, Hamka diantarkan ayahnya belajar mengaji kepada ulama Syekh Ibrahim Musa di Parabek, sekitar lima kilometer dari Bukittinggi.
Pada Juli 1924, Malik kembali merantau ke Jawa. Hamka menumpang di rumah Marah Intan sesama perantau Minang dan bertemu adik ayahnya, Jafar Amrullah di Yogyakarta. Pamannya membawa Hamka belajar tafsir Qur’an di tempat Ki Bagus Hadikusumo. Dari Ki Bagus, Malik mengenal Sarekat Islam dan bergabung menjadi anggota. Melalui kursus-kursus yang diadakan Sarekat Islam, Hamka banyak menerima ide-ide tentang gerakan sosial dan politik dari HOS Tjokroaminoto dan Suryopranoto.
Pada awal Februari 1927, Malik berangkat dari Pelabuhan Belawan menuju Jeddah, di sana ia bekerja sembari menimba ilmu.
Atas keilmuan, dedikasi dan berbagai karyanya, Buya Hamka mendapatkan sejumlah gelar kehormatan seperti dari Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Nama Hamka disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.
Editor : Iman Nurhayanto