Setelah mengunjungi ratusan stand pameran di kawasan Tjolomadoe Heritage (ada 900-an stand), kami menuju Edutorium yang malam ini ada pagelaran musik untuk menghibur para penggembira muktamar. Tetapi kami gagal merapat karena tidak adanya area parkir. Kanan kiri jalan raya sekitar Edutorium penuh bus dan mobil parkir.
Kami lanjutkan perjalanan menuju stadion Manahan yang besok pagi dipakai buat upacara pembukaan Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah ke-48. Semua hotel di Solo dan Solo Baru Sukoharjo penuh. Setidaknya terlihat dari seluruh aplikasi penyedia jasa perhotelan dan akomodasi secara on-line.
Hujan yang mereda kembali turun cukup deras. Waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB. Kami berteduh sejenak di teras resto Ikan Bakar Cianjur sambil memarkir mobil di depannya. Belum habis separo batang Djie-sam-soe sekedar untuk menghangatkan badan, tiba-tiba ada seorang bapak boncengan motor dengan seorang putri ikut berteduh.
"Monggo pak, motore paringke mriki kersane mboten kudanan" (Mari pak, silakan motornya diparkir disini biar tidak kena air hujan), sapa saya.
"Nggih mas, maturnuwun" jawabnya sambil melepas helm. Beliau berdua memakai jaket tanpa jas hujan.
"Nuwunsewu panjenengan saking pundi, badhe tindak pundi" (Maaf bapak darimana dan mau kemana), tanya saya.
"Kulo Zen, niki putu kulo. Asli kulo Ngaren, Ngadirejo, Temanggung"(Saya Zen, ini cucu saya. Berasal dari Ngaren, Ngadirejo, Temanggung), jawab pak Zen mengenalkan diri.
"Mas benjang pembukaan Muktamar wonten pundi" (Mas besok pembukaan muktamar dimana?), tanya pak Zen.
"Upacara pembukaan di stadion Manahan ngajeng mriku" (pembukaan muktamar di stadion Manahan depan itu), jawab saya sambil menunjukkan arah.
"Alhamdulillah mandar caket" (Alhamdulillah malahan dekat) pujinya.
Dari obrolan sambil menunggu hujan reda, saya menjadi tahu bahwa pak Zen datang ke Solo bersama cucunya (Anisa) yang masih sekolah kelas 3 di SMP Muhammadiyah Ngadirejo. Berangkat jam 10.00 pagi dengan mengambil rute Ngadirejo-Temanggung-Secang-Magelang-Jogja-Prambanan-Klaten-Solo (kl 160 km). Mereka berdua bersepeda motor tanpa jaket hujan. Berdua hadir di Solo hanya ingin menyaksikan Muktamar Muhammadiyah ke-48 sebagai penggembira.
Saya yakin mereka berdua tidak ada agenda dan tujuan khusus ke Solo, kecuali ingin sekedar menyaksikan, mensyiarkan dan "handarbeni" (rasa memiliki, merasakan kegembiraan) bisa bertemu sesama warga Muhammadiyah dari berbagai daerah dan wilayah. Saya yakin banyak mbah Zen-mbah Zen lain yang rela datang ke Solo dengan penuh perjuangan dan ketulusan.
Editor : Iman Nurhayanto