JAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Ketua DPR, Puan Maharani meminta pemerintah memberi perhatian lebih terhadap penerapan pembelajaran tatap muka menyusul kenaikan tren kasus Covid-19 subvarian Omicron baru yakni BA.4 dan BA.5.
“Anak-anak kembali masuk sekolah di tengah kenaikan kasus Covid-19. Untuk mengantisipasi peningkatan kasus terhadap anak-anak, protokol kesehatan (prokes) harus semakin dioptimalkan,” kata Puan, Selasa (19/7).
Puan mengingatkan Dinas Pendidikan di tiap-tiap daerah agar lebih banyak turun ke lapangan untuk mengecek sekolah-sekolah di wilayahnya. Puan menyebut, DPR melalui Komisi X DPR dapat ikut melakukan pengawasan.
“Perlu dilakukan peninjauan penerapan protokol kesehatan di sekolah-sekolah. Bagaimana sistem pengaturan social distancingnya. Jadi saya kira sistem pemantauan kesehatan siswa dan berbagai aturan yang pendukung pencegahan penyebaran Covid-19 lainnya harus lebih efektif,” uarnya.
Puan juga meminta Satgas Penanganan Covid-19 untuk meningkatkan testing, tracing, dan treatment (3T) agar laju kenaikan kasus bisa ditekan semaksimal mungkin. Apalagi dengan adanya prediksi munculnya gelombang baru Corona akibat subvarian BA.4 dan BA.5.
“Di Indonesia juga telah ditemukan subvarian Omicron BA.2.57 yang telah menjangkiti sejumlah negara lainnya. Prosedur 3T tidak boleh kendur, terutama testing termasuk di sekolah-sekolah,” ucap Puan.
Kasus harian Covid-19 di masa puncak diperkirakan akan melampaui 20.000 dalam sehari seiring dengan temuan subvarian baru BA.2.75. Puan pun menegaskan, pemerintah perlu mempertimbangkan sejumlah rekomendasi dari Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) terkait penerapan sekolah tatap muka.
“Karena subvarian baru ini berpotensi menyebabkan gelombang kasus berikutnya dan juga rentan terjadi pada kelompok usia bayi dan anak-anak,” ucap mantan Menko PMK itu.
“Kita tidak ingin sekolah tatap muka kembali disetop akibat kurangnya antisipasi yang dapat menyebabkan tingginya penyebaran virus Covid-19 di lingkungan sekolah,” kata Puan.
IDAI memberi peringatan adanya peningkatan kasus Covid-19 pada bayi dan anak yang membutuhkan perawatan. Selain itu juga ada peningkatan kasus komplikasi Multisystem Inflammatory System in Children (MIS-C) dan potensi kasus "Long Covid-19" pada anak di Indonesia.
“Secara khusus saya mengimbau orang tua untuk tidak membawa anak ke tempat keramaian terlebih dahulu sampai melandainya kasus Covid-19,” ucap Puan.
“Kita juga perlu terus-menerus mengajarkan anak untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan, terutama di sekolah saat mereka bertemu dengan teman-temannya. Kedisiplinan protokol kesehatan menjadi salah satu kunci,” katanya.
Puan pun mendorong pemerintah untuk menampilkan data terkini kasus Covid-19 terkonfirmasi secara akurat dan transparan, termasuk pada usia bayi serta anak. Seperti yang direkomendasikan oleh IDAI.
“Kerja sama antara seluruh pihak terkait harus semakin digalakkan. Baik pihak sekolah, dinas pendidikan, Pemda, Satgas Penanganan Covid-19, pemerintah pusat, dan IDAI harus terus berkolaborasi untuk memastikan anak-anak kita aman dari Covid-19, tentunya dengan melibatkan orang tua murid,” tutur Puan.
Editor : Iman Nurhayanto