Selang beberapa saat, Sarwono langsung mengambil selembar kertas minyak dari tumukannya untuk membungkus pesanan pemuda itu.
Kepada pemuda itu, Sarwono yang kini menginjak usia 72 tahun menceritakan bahwa ia sudah 16 tahun berjualan rangin.
“Kawit 2006 mulaih sadean niki. Pertamane keliling, ya kana GOR muter. Waune teng toko mriku terus geser-geser mriki. (Sejak 2006 mulai berjualan rangin ini. Pertamanya keliling, muter GOR sana. Sebelumnya, di emperan toko itu, terus bergese-bergeser sampai akhirnya di sini,” jelasnya sembari menyerahkkan pesanan pemuda itu.
Usut punya usut, sebelum berjualan rangin, ternyata Sarwono pernah merantau hingga ke wilayah Indonesia Timur. Saat itu, ia mendaftarkan diri melalui Departemen Tenaga Kerja (Depnaker).
Begitu diterima dan mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan, ia bersama dengan keluarganya pun berangkat menuju Ambon dengan menaiki sebuah kapal.
“Kulo teng Ambon, pulau Seram, Maluku Tengah. Dados karyawan PT anu buruh teng perkebunan kelapa, coklat, kalih karet. Mangkate tahun 1984, wangsul mriki tahun 2000 (Saya pernah di Ambon, di Pulau Seram, Maluku Tengah. Jadi karyawan PT, semacam buruh di perkebunan kelapa, coklat, dan karet. Dulu berangkat tahun 1984, terus pulang ke Purwokerto tahun 2000),” kenang pria yang kini telah dikaruniai 7 orang cucu pada iNewsPurwokerto.id.
Editor : Iman Nurhayanto