Beliau juga memiliki prinsip untuk tidak pernah meninggalkan sholat. Jika tidak mampu berdiri, beliau melaksanakan sholat dalam posisi duduk. Jika tidak bisa duduk, sholat tetap dilakukan dengan berbaring. Beliau juga rajin berpuasa.
Sikap empatinya terlihat saat menghadapi masalah. Pada masa pendudukan Jepang, beliau menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas. Beliau pernah mendirikan koperasi untuk membantu masyarakat menghadapi ancaman kelaparan.
Pendidikan militer dimulai dengan mengikuti pendidikan di tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut, beliau diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya.
Saat itu, beliau sering kali memprotes tindakan sewenang-wenang dan kasar tentara Jepang terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya, beliau bahkan hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Sudirman kemudian dipilih menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Melalui Konferensi TKR pada tanggal 2 November 1945, ia terpilih sebagai Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Editor : Iman Nurhayanto