Anak keturunan Adam dan Hawa terus berkembang mengisi ruang-ruang di seluruh bumi. Beranak pinak hingga membentuk kelompok- kelompok identitas berupa : suku, ras, bangsa dan negara. Juga membentuk identitas kepercayaan, keyakinan, peradaban, kebudayaan dan agama. Bukankah keragaman umat manusia merupakan rahmat Tuhan semesta alam?
Untuk mendukung kelangsungan hidup manusia di bumi, Allah Swt memberinya "hidayah" berupa hidayah ilhami (insting), hawasi (indera), aqli (akal), dien (agama) dan taufiq (taufik). Dengan hidayah ilhami dan hawasi, manusia mampu bertahan hidup di segala situasi dan kondisi alam yang dihadapinya : musim, iklim, cuaca, aneka tanaman dan hewan, sumber pangan (makanan, minuman), herbal dan obat-obatan. Dengan hidayah akal manusia dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan kehidupannya. Manusiapun mampu mendarat di bulan dan planet Mars.
Namun Allah Sang Pencipta juga mengetahui kekurangan manusia yang suka berkeluh kesah, gemar mengeluh, serakah dan bakhil, serta "lali weton" (kufur nikmat). Maka diutuslah Nabi dan Rasul pembawa risalah agama agar kehidupan manusia menjadi terarah. Hidayah agama dan hidayah taufik adalah wujud Maha Rahman Rahim Allah kepada semua manusia agar bisa menjaga keseimbangan lahir-batin, duniawi-ukhrowi, jiwa-raga bagi keberlangsungan kehidupan yang baik sesuai Sunatullah-Nya. Menjalani hubungan yang adil dan seimbang : hablu-mina-Allah, hablu-mina-nas dan hablu- minal alam.
Keragaman atau perbedaan identitas adalah fitrah manusia. Sebagaimana Allah berfirman :
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya kamu saling kenal-mengenal" (Qs. Al-Hujurat : 13).
Pepatah mengatakan "tak kenal maka tak sayang".
Maknanya jika kita tidak "ta'aruf" (saling mengenal sesama), maka kita tidak akan bisa "tafahum" (saling memahami). Manakala tidak saling memahami, maka kita tak akan bisa "ta'awun" (melakukan kerjasama/bersinergi) dan "takaful" (saling melindungi/tolong menolong). Semua proses tersebut harus dijalani dengan landasan ketulusan. Sebab ketulusan itu bahasa yang bisa dimengerti bayi, bisa dilihat orang buta dan didengar orang tuli.
Identitas Politik vs Politik Identitas
Identitas artinya tanda, ciri atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sekelompok orang. Suatu "ciri khas" yang membedakannya dengan orang/kelompok lain. Identitas seseorang bisa berubah atau berkembang. Sejalan dengan perkembangan kepribadian seseorang (internal) maupun perubahan lingkungan yang melingkupi kehidupannya (eksternal).
Berdasarkan literasi ilmu politik, politik identitas (political of identity) berbeda jauh dengan identitas politik (political identity). Identitas politik merupakan konstruksi yang menentukan posisi kepentingan subyek di dalam suatu ikatan komunitas politik. Sedangkan politik identitas mengacu pada mekanisme pengorganisasian identitas politik dan identitas sosial sebagai sumber dan sarana politik.
Editor : Iman Nurhayanto