KUDUS, iNewsJatenginfo.id - Sejumlah pedagang di pasar tradisional Kabupaten Kudus kesulitan mendapatkan pasokan minyak goreng curah. Padahal permintaan masyarakat masih cukup tinggi karena harganya lebih murah dibandingkan kemasan.
"Saya sudah mencari minyak goreng curah ke sejumlah tempat pada Sabtu (28/5), namun para penyalur memasang tulisan minyak goreng habis," kata Aslihah, salah satu pedagang sembako di Pasar Bitingan Kudus, Senin (30/5).
Padahal minyak goreng curah masih sangat dibutuhkan masyarakat, terutama yang memiliki usaha warung makan maupun penjual gorengan. Sebab harganya hanya Rp17.000 per kilogram, sehingga lebih murah dibandingkan minyak kemasan yang mencapai Rp22.000 per liter.
Ia mengakui setiap hari bisa menjual 70 kilogram minyak goreng curah karena pelanggannya didominasi pemilik warung makan.
Jika harus beralih membeli minyak goreng, pelanggannya tidak berani karena biaya produksinya semakin membengkak. Belum lagi sejumlah harga kebutuhan masyarakat juga mulai naik, seperti bawang merah, cabai, telur hingga mi.
Tutik, pedagang sembako lainnya juga mengakui hal yang sama kesulitan mendapatkan minyak goreng curah.
"Saya sendiri juga membutuhkan untuk usaha jualan bawang goreng karena jika menggunakan minyak goreng kemasan, harga jual bawang gorengnya kalah bersaing dengan lain," ujarnya.
Untuk penyebab, dia mengaku tidak mengetahui karena pemerintah juga sudah mengizinkan kembali ekspor minyak sawit mentah dan bahan baku minyak goreng.
Kabid Fasilitasi Perdagangan, Promosi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perdagangan Imam Prayitno membenarkan di pasaran memang tidak ada stok minyak goreng curah. Hal itu akibat terdampak banjir di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
"Kami sudah mengecek distribusi minyak goreng curah untuk Kudus. Karena antreannya di Semarang cukup panjang, diperkirakan Selasa (31/5) sudah tersedia di pasaran dengan jumlah sekitar 27 ton," ujarnya.
Editor : Iman Nurhayanto