Sementara Klaten ditunjuk sebagai daerah pionir gerakan Tunas Bangkit Kedelai karena dinilai sebagai daerah potensial penghasil kedelai.
“Kami mencanangkan Tunas Bangkit Kedelai pertama kali di Indonesia, membangkitkan kedelai melalui Klaten. Tunas-tunas bangkit kedelai ini akan mewakili kami untuk mengembangkan kedelai keseluruhan bangsa Indonesia,” katanya.
Diharapkan kedelai ini akan bangkit terus, sehingga mengurangi impor kedelai yang telah berlangsung 25 tahun,” katanya.
Yuris menambahkan, saat ini kebutuhan kedelai dalam negeri baru bisa dipenuhi sebanyak 30 persen. Melalui gerakan ini, diharapkan persentasenya meningkat dan mengurangi ketergantungan impor.
Kendati demikian, kebangkitan kedelai nasional ini butuh dukungan seluru stakeholder ketahanan pangan, mulai dari pemerintah pusat, provinsi, hingga semua pemerintah daerah.
Bupati Klaten Sri Mulyani menyatakan, pihaknya siap menyukseskan dan turut serta memantau perkembangan pilot project tersebut. Menurutnya, gerakan tanam kedelai selaras dengan program IP 400 yang dicanangkan sebelumnya oleh Kementan.
“Tidak ada benturan dengan IP 400. Kan IP 400 polanya tidak harus dengan padi namun tentunya bisa dengan padi, nanti bisa pakai kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Selama empat kali tanam dalam setahun, tidak harus selalu padi, bisa berdampingan dengan tanaman pangan lainnya yang sesuai dengan potensi di daerah tersebut,” kata Bupati.
Editor : Iman Nurhayanto