BANGKOK, iNewsJatenginfo.id - Puluhan Muslim Rohingya tewas akibat serangan drone. Para korban termasuk anak-anak dan perempuan yang melarikan diri dari wilayah konflik di Negara Bagian Rakhine menuju Bangladesh.
Beberapa saksi mata mengatakan di antara korban tewas dalam serangan yang terjadi pada 5 Agustus itu adalah perempuan hamil bersama anak perempuannya. Para korban umumnya adalah keluarga yang sedang antre untuk menyeberangi perbatasan Bangladesh.
Serangan itu merupakan yang paling mematikan sejak beberapa pekan terakhir konflik terbaru antara pasukan junta militer Myanmar dengan kelompok pemberontak. Hingga saat ini tak jelas siapa yang harus bertanggung jawab.
Tentara Arakan, kelompok pemberontak yang memperjuangkan kemerdekaan Rakhine dari Myanmar, membantah terlibat dalam serangan itu, demikian pula pasukan pemerintah.
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan mayat-mayat berserakan di lumpur, bersama koper dan ransel. Pemandangan memilukan menunjukkan banyak orang mencari kerabat mereka di tumpukan mayat.
Tiga korban selamat mengatakan, lebih dari 200 orang meninggal, namun seorang saksi menyebut melihat sedikitnya 70 mayat.
Sementara itu seorang saksi, Mohammed Eleyas (35), mengatakan istrinya yang sedang hamil tua bersama putrinya berusia 2 tahun terluka dalam serangan itu. Mereka kemudian meninggal dalam perawatan.
Keluarganya sedang berada di garis pantai saat drone menyerang kerumunan.
Saksi lain, Shamsuddin (28), bersyukur masih selamat bersama istri dan putranya yang baru lahir. Dia mengatakan banyak yang tewas serta lebih banyak orang lainnya berteriak kesakitan akibat menderita luka tembak.
Etnis Rohingya yang mendiami Rakhine sejak lama teraniaya di negara berpenduduk mayoritas Buddha itu. Lebih dari 730.000 Muslim Rohingya meninggalkan negara itu menuju Bangladesh pada 2017 setelah tindakan keras militer yang menurut PBB dilakukan dengan maksud genosida.
Editor : Iman Nurhayanto