Kontekstualisasi Pendidikan Melalui Kurikulum Merdeka
Mengenai kurikulum Merdeka, selain sebagai sebuah instrumen yang dihadirkan dalam rangka penyelenggaran proses Pendidikan, melihatnya dengan kajian teori tentu adalah hal yang patut dilakukan, apalagi dengan penerapannya yang sudah berlangsung hampir empat tahun semenjak 2020 ini, penelusuran pandangan para ahli tentang kurikulum Merdeka menjadi hal yang patut diperbincangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan Darmawan dan Winataputra (2020), bahwa Kurikulum Merdeka berusaha untuk memperkuat kemandirian siswa. Selain itu, kurikulum Merdeka juga berupaya memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan menekankan pemberdayaan dan pengembangan keterampilan abad ke-21. Menurut Novak (2020), Kurikulum Merdeka menekankan pada pendekatan pembelajaran yang responsif, inklusif, dan berpusat pada siswa. Kurikulum ini juga dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kompetensi-kompetensi seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
Pendapat lain misalnya menurut Riyanto (2019) yang menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka bertujuan untuk membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang terlalu teoritis dan mempromosikan pembelajaran yang lebih kontekstual serta relevan dengan kehidupan nyata. Dari pendapat ini, kita bisa melihat bahwa semangat yang dibangun dalam kurikulum Merdeka yang membawa ruh kemerdekaan baik peserta didik maupun tenaga pengajar. Paradigma Pendidikan yang semula cenderung berpatokan pada Pendidikan yang terlampau teroritis dan terlalu administratif coba diubah menjadi Pendidikan yang semakin relevan pada kebutuhan zaman dan era yang semakin kekikinian.
Maka dengan demikian pula, tujuan Pendidikan yang ada akan semakin konkret bisa dicapai, Pendidikan seakan dibuat tidak hanya mampu menyelesaikan tugasnya yang secara numerik dan formal, tapi juga menumbuhkan karakter dan kepribadian para peserta didik yang mampu berkhidmat pada kehidupan negara dan bangsa.
Jika melihat sedikit di latar belakangnya, Kurikulum Merdeka yang mulai dikenalkan dan diterapkan tahun 2020 ini pada mulanya adalah terobosan yang dilakukan oleh Kemendikbudristek dalam rangka mengejar berbagai ketertinggalan Pendidikan di Indonesia yang kala itu dilanda pandemi covid 19. Seperti halnya yang disampaikan dalam kajian Ananta & Sumintono, (2020), upaya percepatan penanganan ini kemudian juga mendapat dorongan yang signifikan dari berbagai pihak, baik akademisi, praktisi Pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam proses pengembangannya, Kurikulum Merdeka juga telah melibatkan berbagai pembaruan dalam konteks kurikulum, seperti penekanan pada pembelajaran aktif, berbasis proyek, dan berpusat pada peserta didik.
Lebih mendalam, melihat pendekatan yang dibawa kurikulum Merdeka, kurikulum ini mendasarkan pendekatan dan paradigma Pendidikan yang berpusat pada peserta didik, lebih lanjut, Pendidikan dan pembelajaran kemudian berupaya mengakomodasi pada kebutuhan dan potensi individual yang ada dalam setiap siswa. Kurikulum Merdeka juga memberikan ruang seluas luasnya bagi perkembangan kreativitas serta partisipasi aktif setiap siswa dalam proses pembelajaran. Dengan akomodasi dan pelibatan partisipasi aktif ini, siswa nantinya akan semakin mampu memahami hakikat nilai pendidikan yang tidak hanya sebatas teoritis belaka dan justru malah mampu menerapkan dalam konteks kehidupan.
Mengenai pendekatan pembelajaran aktif demikian, manfaat yang didapati begitu besar, hal ini misalnya seperti apa yang didampaikan oleh Syah (2019). Dengan siswa diajak untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun dalam kelompok, dengan berbagai kegiatan yang mendorong pemahaman konsep dan penerapan dalam konteks nyata. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari dan menerapkan konsep dan keterampilan dalam konteks proyek yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendekatan yang berpusat pada peserta didik mengedepankan peran aktif siswa dalam mengonstruksi pengetahuan dan membangun pemahaman melalui pengalaman langsung, refleksi, dan dialog.
Editor : Iman Nurhayanto