get app
inews
Aa Read Next : Al-Quran Petunjuk bagi Manusia dan Pembeda

Pemilihan Pimpinan Yang Menggembirakan

Minggu, 29 Januari 2023 | 20:24 WIB
header img
Panlih Musypimwil PWM Jateng. Foto: Ist

Musyawarah Pimpinan Wilayah (Muspimwil) Muhammadiyah digelar di Pendopo kabupaten Tegal, Sabtu 28 Januari 2023. Satu kegiatan wajib pra Muswil (Musyawarah Wilayah) ke-12 Muhammadiyah Jawa Tengah, yang akan dilaksanakan pada 3-5 Maret di Kota Tegal. Muspimwil merupakan forum tertinggi dibawah Muswil untuk menentukan 39 Calon Tetap PWM periode 2022-2027. Sebuah tahapan penyaringan bakal calon PWM ala persyarikatan yang khas dan menggembirakan seluruh peserta, panitia pelaksana dan penggembira.

Berikut kami sampaikan beberapa keunikan proses pemilihan pimpinan di lingkungan Muhammadiyah yang pernah saya saksikan dan ikuti selama 30 tahun menjadi anggota, terhitung sejak menerima kartu tanda anggota atau NBM/Nomor Baku Anggota Muhammadiyah (30/9/1992). Berikut beberapa keunikan permusyawaratan di Muhammadiyah :

Pertama, Tidak ada pencalonan diri bagi para kandidat, sebab para calon pimpinan hanya bisa dicalonkan/diusulkan oleh Pimpinan Muhammadiyah setingkat di bawahnya (vertikal/bottom up) dan Pimpinan Ortom setingkat (horisontal).

Budaya musyawarah/pemilihan di forum Muswil hanya ada slogan "Pilihlah Kita", bukan "Pilihlah Kami" atau "Pilihlah Saya" apalagi disertai syahwat menjabat posisi tertentu jika nantinya terpilih 13 besar. Sebab forum musyawarah Muhammadiyah tidak mengenal pemilihan Ketua secara terpisah atau janji berbagi jabatan sebagaimana pemilihan Presiden.

 Kedua, Tidak ada tim sukses dan lembaga survey yang terlibat dalam menyukseskan kandidat.

Setiap peserta yang berangkat ke forum permusyawaratan merupakan mandatoris umat, surveyor sekaligus anggota "Tim Sukses Muhammadiyah" di setiap tingkatan.

Jika dirasa oleh peserta Musyawarah belum mengenal (ta'aruf & tafahum) beberapa nama bakal calon Pimpinan Persyarikatan yang akan diusulkan atau dipilih, biasanya PDM/PCM mengundang yang bersangkutan untuk hadir mengisi pengajian, diskusi, dialog, seminar, pelatihan dan beragam aktivitas kegiatan Muhammadiyah setempat. Apabila ada bakal calon yang berkeliling daerah/cabang menjelang Muswil/Musda untuk mengenalkan diri atau meminta dicalonkan maka langkah tersebut justru "ahistoris"  dan kontra produktif.

Jangan bersyahwat dapat masuk 39 apalagi 13 besar calon pimpinan jika cara berkontestasi di lingkungan Muhammadiyah menggunakan pendekatan politik praktis ala Pilkada atau Pileg. Sebab norma dan budaya kepemimpinan Muhammadiyah menjadikan semua posisi dan jabatan hanya sebagai bentuk pengabdian yang berpahala setara. Setiap calon pimpinan persyarikatan dipaksa untuk meluruskan niat menjaga hati (qalbun-fuad-lub). Serta menjadikan jabatan sebagai amanah dan wasilah untuk mendapatkan rahmat dari Allah Swt yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

Setiap pimpinan (bukan kepala/penguasa) persyarikatan diminta bekerja secara ikhlas-cerdas-tegas dengan penuh kesadaran adanya pengawasan melekat malaikat (waskat). Serta meyakini akan dimintai pertanggungjawaban secara pribadi di Yaumil Hisab kelak.

Maka menjadi pemandangan lumrah di Muhammadiyah manakala ada seorang calon terpilih dengan Suara Terbesar 13 (tim formatur) dalam Muktamar/Muswil/Musda/Muscab justru "rebutan menolak" menjadi Ketua. Setiap pimpinan Muhammadiyah terpilih "biso rumongso" (tahu diri dan bisa menempatkan diri) secara baik menurut syariah, kaidah fiqyah, norma dan etika/akhlak rohanisasi, yang pondasinya telah seabad lebih dibangun, dicontohkan dan dipraktekkan para pendiri.

Ketiga, Calon yang Diusulkan Menyatakan Tidak Bersedia.

Salah satu keunikan dalam proses atau tahapan pemilihan pimpinan persyarikatan, yaitu selalu saja ada calon yang diusulkan menyatakan Tidak Bersedia sebagai Calon Pimpinan. Biasanya ada beberapa orang, untuk tidak menyebut hanya 1 orang.

Salah satu tahapan yang harus dilalui seorang kader untuk bisa menjadi Calon Pimpinan yaitu mengisi formulir kesediaan yang dikirimkan  Panitia Pemilihan (Panlih) Muswil jauh hari sebelum Muspimwil dilaksanakan. Sebuah laku "ora rumongso biso lan biso rumongso" (tahu diri dan bisa menempatkan diri) kader/pimpinan yang belum siap "naik pangkat" ke jenjang Pimpinan Muhammadiyah yang lebih tinggi. Ada juga alasan lebih memilih fokus berkhidmat dan berjuang membesarkan persyarikatan di tingkat bawah/akar rumput atau AUM. Atau alasan kesehatan dan ketuaan usia yang sudah tidak punya kemampuan mobilitas yang tinggi.

Editor : Iman Nurhayanto

Follow Berita iNews Jatenginfo di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut