Hujan dan cuaca kurang bersahabat tidak menyurutkan warga persyarikatan di desa Pangkah kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan untuk hadir dalam Pengajian Umum Jumat Kliwonan di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM), Jumat 30 Desember 2022. Tidak kurang 400-an warga laki-laki dan perempuan memenuhi aula dan deretan kursi di bawah tenda di samping GDM Pangkah.
PRM Pangkah sengaja menghadirkan Khafid Sirotudin Ketua LHKP PWM Jateng untuk memberikan pencerahan paska Muktamar 48 di Solo.
"Panitia meminta secara khusus perihal materi Risalah Islam Berkemajuan," kata Syifa' salah satu panitia dari AMM.
Dalam ceramahnya, Khafid menjelaskan bahwa Risalah Islam Berkemajuan atau Risalatul Islam Littaqaddumi sebenarnya bukan hal yang baru di Muhammadiyah. Hal tersebut bisa dirunut dari Statuten berdirinya Muhammadiyah tahun 1912, kemudian disempurnakan lagi pada tahun 1914.
Lebih lanjut Khafid menerangkan bahwa pada tahun 1914, rumusan "memajukan" ditambah narasi "menggembirakan", sehingga menjadi : Pertama, memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran igama di Hindia Neserland. Kedua, memajukan dan menggembirakan kehidupan sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya (anggota-anggotanya). Khafid juga menyitir pesan KH Ahmad Dahlan pada suatu pengajaran kepada murid-murid perempuan : "dadiyo kyai sing kemajuan lan ojo kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadiyah" (jadilah kyai yang berkemajuan dan jangan pernah lelah bekerja untuk Muhammadiyah).
"Jadi Risalah Islam Berkemajuan itu merupakan kesinambungan dari apa yang telah ditegaskan dan dilakukan oleh persyarikatan pada masa lalu dan hendaknya menjadi spirit perjuangan untuk masa sekarang dan masa mendatang" terangnya lebih lanjut.
Lebih lanjut Khafid menerangkan, bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, gerakan Dakwah dan gerakan Tajdid merumuskan ciri Islam Berkemajuan ke dalam Karakteristik Lima (al-khasha'ishu al-khamsu) yaitu :
1. Berlandaskan pada Tauhid (al-mabni 'ala al-tauhid)
2. Bersumber pada al-Quran dan al-Sunnah (al-ruju' ila al-Quran wa al-Sunnah)
3. Menghidupkan Ijtihad dan Tajdid (ihya' al-ijtihad wa al-tajdid)
4. Mengembangkan Wasathiyah (tanmiyat al-wasathiyah)
5. Mewujudkan Rahmat bagi seluruh alam (tahqiq al-rahmah li al-alamin).
Memelihara Tuyul
Pengajian umum rutin Jumat Kliwonan yang berlangsung 1,5 jam tidak terasa lama. Apalagi Khafid menyampaikan dengan bahasa Indonesia dicampur basa Jawa logat pantura.
Tiba-tiba beliau melemparkan pertanyaan ke hadirin : "Pak, Bu sampeyan pengin Muhammadiyah cepet berkembang nang Pekalongan"?. Serentak dijawab : "pengiin".
"Gelem ngingu Tuyul (mau memelihara tuyul) ?" guraunya.
Jamaahpun mulai terbelah. Sebagian besar diam tidak menjawab, sebagian lain ada yg jawab "purun (mau)" dan "mboten (tidak mau)". Lalu Khafid menjelaskan makna TUYUL yang merupakan singkatan dari Taqwa, Ubet, Yakin, Ulet dan Lincah.
"Taqwa itu Tawadhu', Qanaah dan Wara", Khafid mulai menerangkan secara jelas makna Taqwa. Tawadhu' bermakna rendah hati, jangan sombong, takabur, merasa paling benar, paling baik dibanding orang lain. Qanaah bermakna rela hati, merasa cukup, prasojo, perwira, sederhana. Wara' bermakna "ngati-ati" (hati-hati) dalam melangkah, bekerja, menjalani kehidupan.
Sebelum menerangkan lebih lanjut tentang Ubet, Yakin, Ulet dan Lincah, Khafid bertanya : "Pripun, purun mboten ngopeni tuyul (bagaimana, mau tidak memelihara tuyul) ?" candanya dengan senyum. "puruun..." jawab jamaah ibu-ibu dengan koor. Khafidpun lantas menjelaskan satu per satu apa yang dimaksud dengan Ubet, Yakin, Ulet dan Lincah hingga pengajian selesai jam 22.30 WIB.
Editor : Iman Nurhayanto