Dengan menghormati kebaya dan kembali mengenakannya, yang selalu dipadupadangkan dengan wastra lainnya dalam kehidupan kita sehari-hari, akan menunjukkan apa identitas kita sebenarnya dari sebuah bangsa yang besar, yaitu Bangsa Indonesia.
Sesuai arahan Pak Jokowi dan perintah Ibu Megawati, Menteri PMK Bapak Muhadjir, Ketua DPR RI Mbak Puan Maharani, Komisi X, dan cukup banyak Komunitas Cinta kebaya di Indonesia, telah sepakat untuk tidak ingin terpengaruh ajakan Malaysia untuk join nomination atau berpartisipasi bersama. Indonesia tetap harus berdiri sendiri, mempunyai identitas sendiri, khususnya kebaya kutubaru dan Kartini sebagai busana perempuan Indonesia seutuhnya. Tidak perlu terpengaruh dengan negara tetangga. Jangan diartikan, jika tidak go along, ikut serta, maka lalu bermusuhan. Prinsip dasar dan alasan kuat untuk mandiri tetap harus kita pegang teguh.
kebaya Indonesia tidak mungkin bisa disamakan, apple to apple, dengan kebaya dari negeri tetangga.
Bahwa Indonesia diajak untuk join, berpartisipasi, hal itu kita hargai. Tidak berarti kemudian bermusuhan bila kita menolak usulan yang mereka ajukan. Kira punya proudness, kebangaan, tersendiri tentang kebaya sebagai identitas. Bukan sebagai milik bersama, tapi untuk jati diri bangsa. Welcome, mari semua perempuan di dunia mengenakan kebaya, bahkan kami bahagia dan bangga bila mereka ikut mencintai kebaya. Tetapi ingat, kebaya adalah tetap identitas busana perempuan Indonesia seutuhnya
Ayo perempuan Indonesia, bersama kita perjuangkan kebaya sebagai Single Nomination di UNESCO. Bersama kita bisa.
Tuti N Roosdiono adalah Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan
Editor : Iman Nurhayanto