SUKOHARJO, iNewsJatenginfo.id - Tangan kecil sejumlah siswa , Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah begitu terampil memainkan alunan suara gamelan sehingga terdengar sangat merdu.
Ya, aksi siswa-siswi SDN 03 Wirun itu bagian dari kegiatan seni karawitan di sekolah. Seni karawitan merupakan salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang paling digandrungi para siswa setempat.
Mereka tampak bersemangat dan menikmati setiap berlatih seni karawitan. Maklum saja, kebanyakan para siswa merupakan warga asli Wirun yang telah dikenal sebagai penghasil produksi gamelan yang mendunia.
Sehingga, berlatih karawitan seakan sudah melekat pada diri anak-anak SD. Tak hanya sekadar berlatih, mereka seakan terpanggil untuk ikut menjaga kelestarian kesenian tradisional Jawa khususnya Jawa Tengah.
Mawar Lutfia Ariska, siswa kelas 6 SDN 03 Wirun mengaku senang dan bangga bisa mengikuti kegiatan seni karawitan di sekolahnya. “Saya sangat bangga dan senang sekali ada kegiatan karawitan di sekolah,” kata Mawar, Kamis (22/9/2022).
Dia mengungkapkan jika dirinya sudah mengikuti kegiatan ekstra kurikuler seni karawitan sejak kelas 4. “Dengan sering mengikuti kegiatan (karawitan) ini biar bisa ikut menjaga kelestarian kesenian khususnya karawitan,” ujarnya.
Sementara, Kepala SDN 09 Wirun Paryono mengatakan bahwa para siswanya memang sangat bersemangat mengikuti kegiatan karawitan. Apalagi pihaknya mendapatkan bantuan satu set gamelang lengkap dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mengembangan kesenian tradisional, khususnya karawitan.
“Pada tahun 2016 kami mendapatkan dana alokasi khusus dari Pemprov Jateng berupa gamelan lengkap. Dengan adanya bantuan gamelan ini anak-anak angat antusias untuk berlatih, setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu,” ujar Paryono.
Dia mengatakan, latihan karawitan dipusatkan pada hari Kamis karena sangat efektif dan semua anak sangat senang. Hal itu karena di Kecamatan Mojolaban yakni Desa Wirun dikenal sebagai penghasil gamelan tingkat nasional bahkan telah diakui Unesco.
“Oleh sebab itu kami sebagai warga asli Desa Wirun, anak-anak sebagai pelajar tingkat SD sangat senang sekali mengembangkannya nguri-uri seni tradisional daerah yaitu seni karawitan gamelan,” ujarnya.
Dia berpesan kepada para siswa agar rajin berlatih karawitan. Senada juga disampaikan Wiwit Haribowo, pelatih karawitan SDN 03 Wirun. Dia mengatakan kegiatan seni karawitan di sekolah bagian dari upaya melestarikan kesenian tradisional.
“Dengan melatih siswa maka ikut melestarikan budaya Jawa khususnya gamelan. Dengan melatih setiap hari, kelestarian budaya khususnya Jawa Tengah, tetap terjaga. Apalagi juga sering didatangi turis asing untuk menyaksikan karawitan anak-anak,” kata Wiwit.
“Karawitan menjadi kegiatan ekstra kurikuler yang diminati siswa. Saya sebagai pelatih ingin anak-anak mencintai kesenian tradisional bangsa sendiri,” katanya.
Sementara itu, budayawan Solo Bambang Irawan menyampaikan bahwa pelestarian gamelan bisa dimulai dengan menjadikan alat musik tersebut sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat SD sampai SMA.
"Itu tidak terbatas sekolah negeri ya, sekolah swasta bahkan mungkin pondok pesantren, madrasah lalu sekolah Katolik menurut saya perlu memiliki gamelan," ujarnya.
Selain menjadikan gamelan sebagai ekstrakurikuler, pelestarian gamelan juga dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai lomba dan festival antarsekolah. Menurutnya, gamelan juga bisa dikolaborasikan dengan budaya lain seperti menjadi salah satu instrumen dalam sebuah band, dan tentunya akan menjadi lebih menarik.
Namun ia menilai SDM dan guru untuk mengajarkan gamelan masih kurang. "Untuk mencapai ke sana juga tidak mudah, karena SDM-nya terbatas apakah SD ada guru kesenian yang bisa gamelan, ini memang menjadi PR pemerintah dan kita bersama," ujarnya.
Selama ini, kata dia, gamelan masih melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama di Jawa seperti Surakarta (Solo dan Yogyakarta. Masih banyak acara-acara besar seperti pernikahan yang menggunakan alat musik gamelan, meskipun sudah bercampur dengan alat musik modern lain.
Bambang juga mengatakan, dengan diakuinya gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Unesco, menjadi permulaan untuk melihat gamelan lebih luas dan lebih dalam.
Menurutnya, ini menjadi tantangan tersendiri karena gamelan tidak hanya sebagai seni budaya tapi juga melestarikan bentuk fisik dari perangkat gamelan itu sendiri yang sekarang sudah tidak murah membuatnya.
"Kita berhadapan dengan kelangkaan kayu, tidak semua kayu bisa digunakan untuk memukul, tidak semua kayu bisa dijadikan instrumen gamelan. Ada tembaga dan nikelnya tergantung harga internasional. Ada tanggung jawab besar yang dipikul pecinta gamelan aktivis seniman gamelan termasuk pemerintah," ujarnya.
Gamelan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau the Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh Unesco. Gamelan resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia dari Indonesia yang ke-12. Kerajinan Gamelan merupakan salah satu potensi terbesar yang dimiliki Desa Wirun.
Kerajinan gamelan ini merupakan suatu potensi yang sangat langka dan sulit untuk menguasainya, karena jenis Gamelan sendiri yang bermacam-macam dan mempunyai ciri khas nada dan suara masing-masing, tidak semua orang bisa membuatnya. Kerajinan Gamelan di Desa Wirun ini sudah berdiri sejak tahun 1956, dirintis pertama kali oleh Reso Wiguno.
Dorongan kebutuhan ekonomi menjadi latar belakang home industri tersebut. Pasalnya, Mojolaban bukanlah sebuah wilayah dengan hasil pertanian yang berlimpah. Pembuatan gamelan di Desa Wirun ini sudah cukup modern. Untuk memasak bahan lempengan dan memanaskan lempengan, para perajin menggunakan pemanas berbahan bakar.
Sedangkan untuk proses pembentukan lempengan hingga menjadi gamelan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, masih menggunakan tenaga manusia yang dibantu dengan palu.
Dalam satu hari, setiap kelompok perajin dapat menghasilkan satu buah gamelan besar (gong)/ dua gamelan kecil. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah telah menggelontorkan bantuan kepada desa-desa untuk mengembangkan gamelan.
Dari data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, hingga saat ini sudah ada 110 desa yang menerima bantuan seperangkat alat gamelan.
Editor : Iman Nurhayanto