SALATIGA, iNewsJatenginfo.id - Judul di atas bermakna jamak, bergantung pada konteks latar yang melahirkan kalimat dan selera pembaca yang akan menggiring ke arah pemaknaannya.
Pertama, kata “Tafsir” sebagai subjek (pelaku) dalam kapasitas Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah yang menginstruksikan kepada seluruh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) melaksanakan secara serentak aktivitas jalan sehat.
Tidak main-main, imbauan Kanjeng Raden Aryo Tumenggung Dr. Tafsir Dwijoluhur Pujonagoro, MAg diamini semua panitia daerah untuk lebih bersungguh-sungguh menyiapkan swadaya pendanaan "Gebyar Muktamar" Jalan Sehat, Minggu, (11/9) dengan “bebungah umrah” sebagai hadiah utama.
Sebagian daerah yang diguyur hujan Sabtu malamnya tidak kendor semangat, bahkan masih berandai-andai Ahad pagi cuaca cerah membersamai peserta jalan sehat berseragam kaos hitam.
Hampir-hampir goncangan mendadak kenaikan harga BBM tidak berpengaruh terhadap warga untuk bergembira di hari gebyar muktamar. Cerita Sambo dan rangkaian meninggalnya Ratu Elizabeth di grup WA nyaris dipetieskan, ditunda pembahasannya demi kesuksesan gebyar muktamar.
Di sini, sebuah catatan awal untuk memaknai “Tafsir” bukan nama orang (pelaku) jalan sehat, tetapi “tafsir” dalam arti upaya memahami, menjelaskan, menganalisis makna eksplisit dan tersirat dari peristiwa historis pada Ahad Kliwon, 14 Safar 1444 Hijriah.
Serius, total, dan kerja ekstra harus mewarnai semangat Panitia Muktamar Muhammadiyah ke-48, karena kegiatan “jalan sehat” itu pertaruhan awal untuk mengukur kapasitas keberhasilan Jawa Tengah sebagai tuan rumah muktamar.
Jumlah peserta dihitung cermat oleh PWM, Mundjirin dan tim IT, perubahan per detik fluktuasi jumlah peserta, termasuk door prize yang dikumpulkan dari donatur.
Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Salatiga melakukan pendaftaran secara online stop pada angka 2.779 peserta, ini penanda tingkat literasi warga (empat kecamatan) terhadap media sosial sudah terbangun.
Jumlah peserta di lapangan jauh lebih banyak, tetapi pelaporan senyatanya merupakan misi pembelajaran bernalar sehat, bukan angka-angkaan bermuatan politis murahan.
PWM Muhammadiyah Jawa Tengah dengan ciri sebagai organisasi modern melakukan pendataan cermat sampai detail hadiahnya, betapa pun hanya jalan sehat yang sudah rutin dilakukan organisasi kecil tingkat RT/RW.
“Seragam kaos hitam itu agak aneh, warna menyerap panas, tidak selaras untuk kasepuhan yang juga ingin gabung jalan sehat,” komplain pendaftar.
“Ukuran XL pascapandemi berubah mengecil, organ tubuh tampak membengkak,” kelakar Ibu ‘Aisyiyah yang merasa kaosnya sangat ketat menempel tubuh.
Panitia lokal tidak langsung menjawab, hanya memperlihatkan rasa patuh pada komitmen kesepakatan dan menerima barang jadi dari wilayah. Muhammadiyah daerah tidak larut dengan masalah kecil dan “bukan prinsip banget” untuk memperpanjang diskusi, kecuali hanya untuk buang-buang waktu.
Para pemikir dapat mencari seabrek argumen untuk menelaah filosofi warna hitam itu cocok untuk jalan-jalan pagi hari.
Jalan Sehat dapat ditelaah dari tingkat kepedulian dan konsistensi kalimat sami’nâ wa aṭa’nâ warga daerah terhadap instruksi Tafsir.
Kepadatan jadwal Ketua PWM Tafsir setara gubernur. Hari-hari sibuk keliling menyambangi warga 35 kabupaten/kota dalam safari dakwah kulturalnya.
Anggota baru Keraton Surakarta Hadiningrat ini memiliki daya magnet bagi pimpinan daerah-daerah di Jawa Tengah, sehingga dukungan terhadap kepemimpinannya untuk diperpanjang dua periode sangat tinggi.
Karakter kepemimpinan Ketua PWM adaptif dengan dinamika perubahan dan bersikukuh dalam manhaj Muhammadiyah tetap menjadi anutan 35 PDM, tidak limbung dengan riak paham keagamaan yang cenderung menimbulkan keretakan kesatuan bangsa Indonesia.
Kegiatan “Jalan Sehat” dihadiri Bapak Gubernur Jawa Tengah dan tokoh nomor 1 di seluruh daerah, ini sebagai isyarat komunikasi harmonis pemerintahan dengan ormas Muhammadiyah.
Hadiah umrah bisa jadi sebagai trigger (pemicu penggerak) warga berbondong-bondong mengikuti jalan sehat, ini layak dicatat secara khusus bagi pemerhati pemikiran keagamaan.
Organisasi kemasyarakatan Islam di wilayah Indonesia yang secara serempak mengobral hadiah umrah untuk sebuah kegiatan massal masih relatif sedikit, atau mungkin PWM Jawa Tengah pengambil inisiatif pertama kali.
Celakanya (maaf lebih tepat, harapannya) agenda ini dibuat tradisi hasanah lima tahunan menjelang muktamar Muhammadiyah-‘Aisyiyah.
Masyarakat sudah maklum, ritual umrah itu hukumnya sunnah, tetapi animo muslim Indonesia sangat tinggi untuk melaksanakan lebih dari sekali, meskipun berbayar tidak murah.
Pada sisi lain, mayoritas muslim puritan belum dapat ziarah ke tanah suci, sehingga sangat mungkin mereka berspekulasi untuk meraih hadiah umrah.
Sekali lagi, Muhammadiyah organisasi Islam yang terus berinovasi dalam paham keagamaan (Ingat! bukan ritual keagamaan), sepertinya menambah agenda baru bagi masyarakat muslim berandai-andai dapat melaksanakan umrah secara gratis dan halal hukumnya.
Otonomi PDM menambah variasi hadiah kambing, sapi dan laptop itu berbeda segmen penduduknya, pada titik inilah bagian dari kejelian dan kecerdasan pimpinan dalam menangkap kebutuhan warga setempat.
Jumlah peserta jalan sehat tembus 570 ribu (Laporan wartawan PWM) itu angka fantastis, memperlihatkan antusiasme masyarakat tidak ragu terhadap kegiatan Muhammadiyah.
Kelompok guru dan karyawan sebagai peserta inti mempertontonkan loyalitas terhadap instruksi sekolah, sekaligus sosialisasi lebih luas eksistensi Muhammadiyah di wilayahnya.
Para pemerhati sosial politik dapat mencermati kehadiran masyarakat umum ikut bergabung dalam kegiatan jalan sehat, fenomena apa yang sedang terjadi dalam pemikiran masyarakat modern terhadap Muhammadiyah atau hanya sekadar iseng berolahraga pagi.
Kumpulan besar masyarakat hari Minggu, (11/9) tidak ada muatan politik yang mencurigakan, tidak ada maksud galang-menggalang pencapresan, nihil niatan untuk makar, apalagi people power dengan tujuan menjatuhkan pemerintahan.
Para punggawa keamanan berjaga ketat, tetapi mereka melayani dengan sopan bersahabat kepada peserta jalan sehat. Kalau tidak salah tulis, semua PDM itu menjalankan instruksi PWM tidak dibumbui intrik-intrik politik, murni untuk gebyar muktamar.
Konsistensi ormas Muhammadiyah tidak bermain di politik praktis menjadi kekuatan dahsyat yang mampu bertahan sampai satu abad dalam mencerahkan paham keagamaan warga muslim yang selaras dengan pluralitas masyarakat Indonesia.
Editor : Iman Nurhayanto