Tradisi Leluhur Sarana Menata Hati Bernama Jemparingan Kalijagan,

Pipit Widodo
Pera peserta saat beraksi dalam Jemparingan Kalijagan yang digelar di Kolam Segaran Komplek Makam Sunan Kalijaga di Kelurahan Kadilangu Kabupaten Demak Jawa Tengah. Foto: Ist

Para penjemparing mestinya sadar dan fokus terhadap sasaran berwarna putih yang menjadi diri yang utuh layaknya manusia bermartabat. Sedangkan merah dalam bandul dilambangkan sebagai hawa nafsu.

Posisi duduk pun melambangkan bahwa meski sedang berolah raga, sesungguhnya Jemparingan adalah wahana olah rasa. Dimana ketika berada dalam posisi duduk  adalah tataran laku tertinggi yakni meneb atau laku waspada dalam diam.

“Tidak ada pemenang dalam Jemparingan. Ini  olahraga untuk menambah sedulur (saudara),” kata Agung.

Agung Sumaedi yang juga Maestro Jemparingan ini berharap bahwa olahraga kuna asli Jawa ini juga dilestarikan oleh para anak muda agar nantinya tidak punah. Dia juga berharap Jemparingan bisa dilestarikan di Kabupaten Demak. 

“Jemparingan tidak hanya olahraga tapi juga olah rasa. Jemparingan juga sebagai sarana silaturahmi, budaya dan rekreasi ketangkasan,” ujar Agung.

Editor : Iman Nurhayanto

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network