Masing-masing peserta mendapat kesempatan untuk membidikan anak panahnya ke sasaran sebanyak 17 rambahan (ronde). Setiap rambahan terdiri dari 5 bidikan anak panah. Angka 5 sebagai simbol rukun Islam atau sholat lima waktu.
Ada tiga alat yang digunakan dalam Jemparingan, yakni gendewa atau busur, jemparing atau mata panah dan target berupa wong-wongan.
Adapun gendewa terbuat dari kayu pilihan, sedangkan jemparing dibuat dari bambu petung dan untuk wong-wongan berbahan jerami atau batang padi.
Wong-wongan ini semacam bandul putih dengan cat merah di ujung atas dengan penanda lonceng di ujung bawahnya. Jika penjemparing mengenai target maka lonceng tersebut akan berbunyi.
Bersimbah Darah Penuh Luka di Bagian Muka
Tradisi Yasinan, Amaliyah Warga NU untuk Menumbuhkan Kepekaan Sosial
Agung Sumedi salah satu anggota Komunitas Jemparingan Jogyayakarta mengatakan, dalam Jemparingan, para pesertanya menggunakan pakaian adat dan memakai udeng yang disimbolisasi menjadi mudheng atau paham terhadap apa yang tengah dilakukan.
Sedangkan target yang dibidik menjadi simbol yang menggambarkan diri sendiri.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait