Sementara 5 santrinya, juga melakukan hal yang sama, secara berpencar, namun disemak-semak atau gundukkan tanah disekitar bangunan padepokan.
“Kejadian aneh kembali terjadi, karena lokasi masing-masing santri itu semedi dan berdikir,selanjutnya muncul mata air dan akhirnya menjadi sendang” terangnya.
Dari aliran mata air itu membentuk 7 sendang, masing-masing bernama sendhang Pucangan, Ngala, Permata, Keputren, Ngare lan Panguripan.
Kembali, pada muasal nama perdukuhan Singomodo, yakni Singa (singo-jawa) dan Modo (membantah) dari kata maido (bahasa jawa), maka perdukuhan yang dulunya sebagai tempat singgah dan padepokkan para alim ulama itu dinamakan Dukuh Singomodo.
“Syeh Nasher dan lima santrinya dalam perkembangannya melakukan syiar Agama Islam dengan jumlah 90 santri hingga meninggal dunia dan dimakamkan di puncak bukit itu juga," jelasnya.
Editor : Iman Nurhayanto