Anehnya, begitu rombongan ini masuk hutan, disambut seekor Singa yang bertubuh besar, tentu saja membuat para santri ini ketakuatan.
Namun melalui kesucian hati dan jiwa, serta kekuatan olah batin Syeh Nasher, yang mampu berdialoq secara gaid dengan roh Sang Raja Rimba itu, akhirnya Singa yang semula berwajah garang dan menakutkan itu, justru nampak jinak.
Bahkan selalu mengikuti kemanapun rombongan alim ulama tersebut melangkah, seolah memberikan perlindungan, bila suatu ketika ada bahaya yang mengancam mereka.
“Hal ini tentu membuat lima santri itu heran. sehingga peristiwa inilah, muncul nama perdukuhan Singomodo” tambahnya.
Langkah para alim ulama itu dilanjutkan memasuki hutan di lereng Gunung Lawu yang dikenal wingit dan angker tersebut, hingga sampai di puncak bukit baru berhenti. Syeh Nasher mengajak berhenti 5 santrinya.
“Setelah berhenti dan istirahat sejenak, lantas mereka memulai membangun padepokkan” katanya.
Dalam perkembangannya, mereka melakukan syiar agama Islam bagi penghuni disekitarnya.
Bahkan pada hari tertentu, yakni Kamis Pon, pada tengah malam Syeh Nasher melakukan olah spiritual dengan cara meditasi dan melakukan dzikir dengan cara kungkum di aliran Bengawan Solo.
Editor : Iman Nurhayanto