Menurutnya, bea masuk tinggi sekitar 33% untuk bahan baku impor menjadi salah satu permasalahan utama. Ernie menjelaskan bahwa beberapa bahan baku, seperti kapas dan polyester fiber, tidak diproduksi di Indonesia dan harus diimpor.
Biaya impor yang tinggi, ditambah dengan PPN 11% dan PPh 22 sebesar 2,5%, membuat beban ekonomi semakin berat bagi pelaku industri tekstil dan garmen.
Dalam menanggapi permasalahan tersebut, Ernie menyerukan perlunya regulasi dan kebijakan yang mendukung serta menyelamatkan sektor tekstil dan produk turunannya.
Ia berharap Pemerintah dapat memberikan dukungan yang diperlukan agar industri ini dapat bertahan dan pulih dari keterpurukan.
"Supaya bisa survive, syukur-syukur bisa bangkit kembali," tutur Ernie.
Editor : Iman Nurhayanto