“Permintaan dari masyarakat sangat banyak, tetapi untuk kenyamanan para pelari sehingga diputuskan hanya 2.100 pelari. Semoga di tahun depan bisa ditambah lagi, mungkin 5.000 karena para pelari elit juga pada ikut. Infonya, mereka senang dengan suasana kota Semarang,” lanjut mbak Ita.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, rute lari Semarang 10k melewati beberapa ikon kota Semarang seperti kota Lama, Lawang Sewu, hingga Gereja Katolik Gedangan. Para peserta lari Semarang 10K tersebut memulai start dari depan Balaikota Semarang melewati sejumlah ruas jalan, yakni Jalan Pemuda, Jalan KH Agus Salim, Jalan Merak, Jalan MT Haryono, Jalan Ahmad Yani, Jalan Pandanaran, dan finis di Balaikota Semarang.
Wali kota perempuan pertama di kota Semarang tersebut awalnya ragu dalam melaksanakan Semarang 10K. Hal ini karena berkaitan dengan masa-masa kampanye yang sudah berlangsung. Namun dengan kerja sama yang apik dengan stakeholder, event ini bisa aman dari gangguan-gangguan yang dikhawatirkan.
“Sebenarnya kita sempat pesimis, karena dengan waktu yang mepet kita intens yang persiapan-persiapan itu di bulan November. Karena saat itu kita masih menentukan jadwal dan apakah di masa-masa kampanye ini boleh. Makanya tadinya di bulan November tapi kita Bismillah saja diselenggarakan di Desember sebagai penutup tahun juga,” terangnya.
Di sisi lain, Mbak Ita mengaku jika Semarang 10K juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota Jawa Tengah. Selain mengikuti lomba lari, banyak pendatang dari luar kota yang juga memanfaatkan momentum ini untuk menikmati kuliner dan wisata di Kota Semarang.
Editor : Iman Nurhayanto