SURAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Pagelaran Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) Nahdlatul Ulama (NU) pada 13-22 Januari kemarin di Solo Jawa Tengah menyimpan kisah tersendiri.
Diantaranya banyaknya atlet yang bertanding, ada salah satu orang tua atlet yang mendampingi putranya hingga rela menginap di masjid.
Seperti dijalani Suham dan istrinya yang datang jauh-jauh dari Kudus ke Solo untuk mendampingi sang buah hati, Muhammad Diky Ariyanto.
Anaknya Diky merupakan siswa dari SMA Al-Ma'ruf Kudus yang mengikuti lomba Porseni NU cabang sepak bola. Ia mewakili tim dari PWNU Jawa Tengah kategori sepak bola pelajar.
Mengetahui sang anak akan berkompetisi di Porseni NU, Suham pun tanpa ragu langsung berangkat ke Solo.
"Saya mendampingi anak saya sejak awal kompetisi sampai akhir," kata Suham, Jumat (20/1/2023).
Orang tua Diky berangkat ke Solo menggunakan biaya pribadi. Dan tanpa disangka lagi Suhan dan sang istri tidur di masjid dekat asrama para atlet yang menginap.
"Alhamdulilah bisa sekalian ibadah. Selesai ibadah, saya tidur di pojokan masjid," katanya.
Jarak yang dekat antara masjid tempatnya menginap dengan asrama para atlet membuat Suham dan Istri bisa secara rutin mendampingi Diky.
Mereka juga tentunya tidak pernah melewatkan pertandingan dan selalu menonton anaknya saat bertanding di rumput hijau. Suham pun sangat bangga karena tim anaknya bisa mencapai partai final.
"Alhamdulilah, besok (Sabtu 21/1) finalnya. Perjuangan saya mendampingi anak tidak sia-sia," katanya.
Apapun hasil partai final besok. Suham tak ambil pusing. Melihat anaknya bisa mencapai partai final saja ia sudah bangga.
Suham menyatakan Porseni NU ini adalah acara yang bisa mengembangkan potensi para santi, pelajar dan mahasiswa NU.
Ketua Porseni NU Nusron Wahid menjelaskan, dalam ajang ini sebanyak 3.643 putra putri madrasah dari tiap pengurus wilayah NU (PWNU) akan berkompetisi menjadi yang terbaik. Para putra-putri NU yang berkompetisi terdiri dari usia 18-23 tahun, atau jenjang SMA sederajat hingga perguruan tinggi.
"Kegiatan ini mempertemukan solidaritas tiga unsur penting NU, yaitu santri, pelajar dan mahasiswa," katanya.
“Kegiatan ini adalah yang pertama kali dilaksanakan sejak satu abad Nahdlatul Ulama," tandasnya.
Editor : Iman Nurhayanto