Selama berkarier empat tahun sebagai agen asuransi sejak 2008-2012, Popi sudah mencapai posisi sebagai Agency Director, dengan gaji Rp70 juta sebulan. Dia pun memiliki sejumlah tim, yang tersebar di Palembang, Solo, Yogyakarta, Pekalongan, Tegal, dan Jabodetabek.
Selain bisa membeli rumah mewah, dia juga bisa membeli mobil mahal. Namun, seiring waktu muncul keraguan dalam dirinya dengan karier yang dijalani apakah halal atau haram. Akhirnya setelah melalui diskusi dengan orang tua, mengikuti kajian, bertanya dengan sejumlah tokoh, dan mencari jawaban dengan salat tahajud, dia memutuskan resign.
Popi pun menjual rumah dan mobil hasil kerjanya sebagai agen asuransi. Kemudian dia mengontrak di rumah yang lebih kecil dan membeli mobil yang lebih murah. Sisa uang yang dimilikinya sekitar Rp400 juta digunakan untuk membuka bisnis telur ayam bermitra dengan temannya.
Popi memilih bidang usaha itu karena saat pandemi Covid, komoditas telur banyak dicari orang sebagai alternatif hidangan ketika mobilitas dibatasi oleh pemerintah.
"Pandemi menginspirasi bisnis telur karena gencar-gencarnya bansos, paling gampang telur," ujarnya.
Setelah melakukan test market, dia mendapatkan total order hingga 1 ton. Dia akhirnya dibantu adiknya yang seorang peternak telur dan ayahnya untuk menyediakan pesanan.
Dari minta dikirim 2 ton, Popi mendapatkan 1,8 ton. Sebanyak 1 ton untuk memenuhi pesanan, dan 800 kilogram (kg) ditawarkan ke warung-warung di sekitarnya.
Namun bisnis telurnya juga menghadapi tantangan dan nyaris bangkrut karena ada utang yang tidak dibayar. Bahkan, pada April 2021, pembukuannya minus, ada utang ke kandang, dan gaji karyawan belum dibayar. Dia pun sempat menutup toko dan merumahkan karyawannya.
Saat itu, dia kembali bimbang untuk melanjutkan atau menghentikan bisnisnya. Namun setelah mendekatkan diri kepada Allah dibarengi dengan sedekah dan tawakal, akhirnya pada Mei 2021, dia kembali menjalankan bisnis tersebut. Dia melunasi utang dan membayar gaji karyawan.
Popi mendapatkan suntikan modal untuk membereskan masalah utang kepada karyawannya maupun produsen telur. Perlahan, Popi menata bisnisnya. Dia pun memanggil kembali karyawannya untuk bekerja.
Bisnisnya kembali berkembang. Bahkan dari sebelumnya pesanan hanya 1 ton sehari, terus meningkat menjadi 3 ton, 5 ton hingga pernah mencapai 10 ton.
"Saya juga suplai ke restoran sekitar, warteg-warteg, dan back up Solaria untuk weekend," Tutupnya.
Editor : Iman Nurhayanto