Tahukah Anda? Ada 5 Desa Paling Angker di Indonesa, Desa Siluman Berada di Kabupaten Subang

3. Desa Sragi

Desa Sragi adalah desa salah satu desa angker di Indonesia selanjutnya, desa ini terletak di Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur. Cerita angkernya desa ini berasal dari bangunan yang dikenal sakral dan dipercayai sebagai lokasi tempat tinggal salah satu tokoh pewayangan, Semar.

Konon, orang-orang yang memiliki indra ke enam dapat melihat megahnya istana Semarang di mana hiasannya terbuat dari emas. Banyak orang yang berkunjung ke tempat ini dan memberikan kesaksian dirinya diganggu dengan penampakan makhluk astral tersebut.

4. Desa Puger Wetan
 
Desa paling angker selanjutnya adalah Desa Puger Wetan yang berada di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Desa ini juga dikenal sebagai tempat untuk orang-orang yang belajar dan mengasah ilmu gaibnya.

Yang paling membuat mistis dari desa ini sebenarnya adalah, keberadaan pulau Nusa Barung, yang diyakini sebagai kawasan pusat belajar ilmu-ilmu gaib. Mungkin bagi yang penasaran, dan tengah berkunjung ke Jember mendatangi desa tempat satu ini bisa jadi hal yang menantang bukan?
5. Desa Siluman

Dari namanya saja desa ini sudah terdengar angker bukan? Desa Siluman terletak di Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebenarnya nama dari desa ini, diambil dari sungai kecil Cisiluman, yang kini termasuk ke wilayah desa Kadawung.

Pada masa kolonial, kali ini digunakan sebagai tempat persembunyian para pejuang Indonesia ketika melawan Belanda. Cerita mistis lain dari desa ini adalah, ketika orang luar mengunjungi desa Siluman, kesulitan mencari jalan keluar dari desa dan tak sedikit yang hanya berputar-putar di dalam desa.

Mata pencaharian masyarakat di desa Siluman, pada umumnya adalah petani. Meskipun telah digunakan sejak tahun 1908, hingga kini belum ditemukan bukti sejarah yang autentik untuk mendukung cerita-cerita tersebut.

Nah, itulah Desa paling angker di Indonesia ada desa Siluman yang ada di Kabupaten Subang. Semoga atikel ini dapat menambah wawasan pembaca semua.

Editor : Iman Nurhayanto