Pentas Wayang Santri dengan Lakon Bedug Asmara, Nguri-Uri Budaya Tradisional di Tegal

Ketua Pusat Kajian Media dan Kebudayaan, Teguh Hadi Prayitno menilai wayang santri ini adalah salah satu upaya mengampanyekan kepada masyarakat agar mencintai dan menyukai pertunjukan wayang, dan upaya terus melestarikan budaya bangsa. Terlebih lagi sekarang telah ada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
"Undang-undang tersebut membawa semangat baru dalam upaya perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan nasional," ujar Teguh yang juga seorang jurnalis senior tersebut.
Senada dengan Teguh, pembicara lainnya Budayawan Tri Wiharjo sangat mengapresiasi upaya yang dilakukan wakil rakyat yang menginisisasi penyelenggaraan Media Tradisional Nguri-Uri Budaya, Khususnya pementasan Wayang Santri.
"Fasilitasi yang dilakukan DPRD Jateng, khususnya Mas Fuad ini bukan hanya melestarikan budaya, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi di daerah. Sebagai warga Tegal, saya bangga dan berharap acara yang sangat positif ini terus dikembangkan dan terus dilakukan," ujar Tri Wiharjo.
Dalam dialog tersebut, Ki Haryo Enthus Susmono, menyatakan bahwa saat ini pihaknya bahkan sudah mulai berinovasi membawa wayang santri ke versi digital. Hal ini sebagai salah satu upaya agar wayang santri semakin diterima oleh kalangan milenial, bahkan oleh masyarakat yang bukan pegiat kebudayaan.
“Saya harapkan wayang itu bisa dicintai oleh orang-orang di luar pegiat kebudayaan,” tuturnya.
Usai dialog, Fuad Hidayat menyerahkan tokoh Wayang Santri bernama Slenteng kepada sang dalang Ki Haryo Enthus Susmopno, sosok imajinatif yang lucu dan menghibur, yang membuat gelak tawa penonton saat dimainkan oleh sang dalang.
Editor : Iman Nurhayanto