Warga yang tinggal di Kelurahan Karangtalun, Kecamatan Cilacap Utara ini tak tahu persis penyebab dua matanya bisa menjadi buta selepas insiden di saat pagi hari ketika tengah berangkat ke kantornya di Pemkab Cilacap.
Saat kecelakaan, sepeda motor yang dia naiki ringsek. Kondisi tak jauh beda juga dengan sepeda motor lawannya. Bahkan begitu kerasnya tabrakan, Ediwarno sampai koma beberapa hari di rumah sakit (RS). Dua operasi besar pun dia jalani kala itu.
Yang dia ingat, dua matanya mulai mengalami gangguan sekitar sebulan setelah kecelakaan. Perlahan, daya penglihatannya menurun. Hingga puncaknya, dua matanya benar-benar tak bisa melihat. Yang ada hanyalah gelap sampai sekarang.
Ediwarno mengaku, demi bisa matanya bisa melihat keindahan dunia lagi seperti kondisi normal, dia sudah berobat ke berbagai tempat, baik RS maupun pengobatan alternatif.
Tak kurang ada lima RS yang sudah dia kunjungi, baik di Cilacap, Purwokerto maupun kota lain seperti Yogyakarta.
Namun semuanya masih nihil. Demikian pula, keluarganya juga beberapa kali membawa ke sejumlah ahli kesehatan alaternatif. Namun lagi-lagi upaya pengobatan itu belum berhasil.
Dia menceritakan merujuk penjelasan dari dokter, gangguan di matanya diakibatkan adanya gumpalan darah di syaraf kepala yang akhirnya memengaruhi kerja mata.
“Bahkan saya akhirnya memilih pensiun dini karena harus berobat dan juga sudah tidak bisa melihat,” kata Ediwarno.
Di tengah ujian berat hidupnya itu, dia bersyukur karena akhirnya tahun ini bisa berangkat haji. Baginya, ibadah rukun Islam kelima ini begitu ditunggu-tunggu. Untuk berhaji ini, dia sudah lama menabung sejak masih jadi PNS dengan kondisi matanya yang masih normal.
Ayah dua anak ini mengaku telah bekerja cukup lama di lingkungan Pemkab Cilacap, sehingga berbagai kantor dinas telah dirasakan.
Editor : Iman Nurhayanto