Setelah kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan secara khusus terhadap TB terpuruk akibat fokus penangan Covid-19, kini Mentari TB Recovery Plan berupaya kembali mengampanyekan awareness dan temuan kasus terhadap penyakit tersebut.
Untuk itu, berbagai regulasi dan kebijakan maupun sistem dibuat untuk mendukung campaign maupun pelaksanaan penanganan TB di 48 rumah sakit Muhammadiyah-’Aisyiyah (RSMA).
“Maka yang kita lakukan pertama adalah merecovery awareness yang turun. Awareness yang bagaimana yang kita ingin tingkatkan? Kita ingin mengingatkan bahwa kematian akibat TB juga tinggi. Lalu, tidak semua batuk demam itu tidak hanya Covid-19 saja; tetapi bisa juga TB,” jelas dr. Aldila S. Al Arfah, Program Manager Mentari TB Recovery MPKU PP Muhammadiyah.
Jika kesadaran meningkat, maka skrining pun diharapkan juga jadi lebih masif. Pasalnya, menurut Aldila, skrining merupakan pilar utama temuan kasus TB. Maka, saat ini RSMA mengubah sistem skrining dari pasif menjadi proaktif.
“Kita skrining dulu pasif, artinya hanya ketika ada orang batuk baru diskrining. Atau pasien yang datang ke klinik TB DOTS baru diskrining, itu sistem pasif dulu. Namun, sekarang sistemnya diubah, dari pasif menjadi proaktif. Pasien yang datang atau tidak datang ke TB DOTS pun kita skrining. Pasien batuk dan tidak batuk kita tanyakan juga. Lalu, penguatan di jejaring internal dan eksternal; perkuat komposisi tim; dan penguatan sarana dan prasarana,” imbuhnya.
Editor : Iman Nurhayanto