Sehingga, meski Haryanto berpangkat Kopral, namun pendapatan Haryanto tidaklah kalah dengan anggota TNI lainnya yang berpangkat lebih tinggi.
Karena kesibukannya mengurusi bisnis angkot miliknya, meski masih berusia 42 tahun, Haryanto mengajukan pengunduran diri sebagai anggota TNI.
Karena mengundurkan diri, Haryanto tidak mendapatkan pesangon. Namun tiap bulannya, Haryanto menerima pensiunan sebesar Rp 800 ribu.
Sejak mengundurkan diri, Haryanto mencoba mengembangkan bisnisnya dengan mendirikan perusahaan otobus (PO) yang diberi nama sesuai namannya.
Dengan modal pinjaman dari Bank sebesar Rp 3 miliar, Haryanto membeli enam unit bus. Dimana harga satu unit bus seharga Rp 800 juta. Awalnya, trayek PO Haryanto bukan Antar Kota Antar Provinsi.
Trayek awal, Haryanto hanya melayani trayek Cikarang - Cimone. Namun trayek ini sepi penumpang.
Akhirnya, Haryanto merubah trayek bus dan kelas dari ekonomi menjadi eksekutif untuk melayani jurusan Antar Kota Antar Provinsi.
Haryanto memilih rute Jakarta - Kudus, Jakarta - Jepara dan Jakarta - Pati. Dan keputusannya itu tepat. PO Bus yang didirikannya berkembang pesat dan kini Haryanto memiliki armada ratusan bus.
Editor : Iman Nurhayanto