Dia juga menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo menjadi Champion Global Crisis Response Group (GCRG) yang berfokus pada isu pangan, energi, dan keuangan.
Hal ini menjadikan Indonesia juga turut berperan penting dalam mengatasi tantangan besar yang saling terkait dalam ketahanan pangan, energi, dan keuangan global akibat konflik RusiaUkraina.
Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menyampaikan terkait Presidensi G20 Indonesia yang mengusung tiga agenda utama yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi.
“Dalam arsitektur kesehatan global, Indonesia mengusulkan untuk menciptakan mekanisme pembiayaan yang bisa mendukung tersedianya vaksin untuk negara-negara yang membutuhkan. Hal ini penting karena saat ini pandemi Covid-19 masih belum selesai dan masih ada negara-negara, terutama di Afrika, yang belum memiliki akses yang luas dalam
mendapatkan vaksin seperti negara-negara berkembang lainnya,” ujar Menko Airlangga.
Terkait dengan transformasi ekonomi berbasis digital, Menko Airlangga menyampaikan bahwa digitaliasasi di Indonesia telah meningkat tajam selama pandemi.
Peningkatan ini juga menjadi pendorong pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi. Perkembangan ekonomi digital di Indonesia pada tahun 2021 dapat terlihat dari transaksi komersial yang mencapai lebih dari US$27 miliar dan dengan lebih dari 2.300 start-up.
Hal itu, lanjutnya, menempatkan Indonesia sebagai negara ke-5 di dunia dengan jumlah start-up terbanyak. Ditambah lagi Indonesia memiliki 370 juta pengguna koneksi seluler dan 204 juta pengguna internet (74 persen dari total populasi).
Nilai transaksi uang elektronik juga tercatat telah melebihi 2,4 miliar dolar AS per Desember 2021. Tingkat inklusi keuangan di 2019 mencapai sebesar 76,19 persen dan ditargetkan akan mencapai 90 persen pada 2025, kemudian juga terdapat 785 juta bisnis fintech pada 2021.
Mengenai transisi energi, Menko Airlangga menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen dalam bertransisi menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT). Saat ini Indonesia sedang mengembangkan prototipe pajak karbon untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, dan juga melakukan retirement pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menggantinya dengan EBT
yang mempunyai model pembiayaan yang terjangkau dan berkelanjutan.
“Salah satu yang menjadi penting dalam transisi energi ini adalah tentang bagaimana menyiapkan pendanaannya melalui mekanisme blended finance dan mengembangkan protokol obligasi transisi sebagai peluang untuk memberikan pembiayaan kepada perusahaan yang memiliki target transisi ke industri hijau di masa depan. Kita tidak bisa melakukan
transformasi tanpa pembiayaan yang memadai,” tutur Menko Airlangga.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut Menteri Investasi, Menteri Perindustrian, Menteri Eenergi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Komunikasi dan Informatika, Wakil Menteri BUMN, Duta Besar Indonesia untuk Swiss , Ketua Umum Kadin, Chair B20, dan Perutusan
Tetap Republik Indonesia (PTRI).
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait