”Alkamdulillah seket ewu sekilo (alhamdulillah, Rp 50 ribu per kilogram)” jawabnya polos.
Di pinggiran kebun sawit milik Doni ditanami cabai rawit sebanyak 10.000 batang seluas hampir 1 hektar. Selain itu juga ditanami cabai keriting, terong dan waluh sekedar sebagai pelengkap. Jika biaya bibit dan pupuk per tanaman cabai rawit Rp 3.000, maka dibutuhkan modal sebesar Rp 30 juta. Semua modal dari pemilik lahan. Dengan hasil cabai per batang tanaman rata-rata sebanyak 2 kg selama berbuah (6 bulan), maka akan diperoleh hasil sebanyak 20.000 kg (20 ton) atau setara Rp 100 juta. Setelah dikurangi biaya modal dan saprotan, hasilnya dibagi dua. Masing-masing 50% untuk pemilik dan 50% untuk pekerja kebun sawit.
Menurut penuturan Saiful, tidak semua pekerja kebun sawit rakyat memiliki ketrampilan dan keuletan seperti Raharjo dan Sarji yang bekerja di kebun milik Doni. Biasanya pekerja yang berasal dari keluarga transmigran Jawa memiliki ketrampilan dan pengalaman yang lebih baik dalam memanfaatkan lahan yang tersedia, sambil menunggu tanaman sawit berbuah. Pola bagi hasil (Jawa:maro) juga diberlakukan untuk tanaman sawit rakyat. Sejak mulai pengolahan tanah, penanaman dan perawatan tanaman sawit, pekerja kebun diberi upah setara UMK per bulan hingga tanaman mulai berproduksi pada usia 3 tahun. Setelah berproduksi, maka hasil penjualan Tandan Buah Segar (TBS) dibagi 2, masing-masing 50% menjadi hak pemilik lahan dan 50% menjadi hak pekerja kebun.
Tanaman sawit dapat berproduksi hingga usia 20-25 tahun, dengan hasil optimal pada usia 7 hingga 18 tahun. Biasanya produksi puncak terjadi pada usia tanaman 10 sampai 16 tahun. Dengan jumlah tanaman per hektar 135-150 batang, rata-rata akan diperoleh TBS sebanyak 2,5 hingga 3 ton per hektar per bulan. Setara dengan 30-40 ton per hektar per tahun. Jika harga TBS saat ini Rp 2.000-2.500 per kg, maka akan diperoleh hasil sebesar Rp 5 juta hingga 7,5 juta per bulan per hektar. Apabila kita memiliki 20 hektar, maka akan diperoleh pendapatan Rp 100 juta hingga 150 juta per bulan. Jika dibagi 2 dengan pekerja, masing-masing mendapatkan Rp 50 juta hingga Rp 75 juta per bulan, atau Rp 600 hingga 900 juta per tahun selama 10-16 tahun. Sebuah pendapatan yang cukup besar sebagai petani kelapa sawit.
Berapa investasi yang dibutuhkan untuk berkebun tanaman sawit?. Harga lahan di Gelumbang Muara Enim sekitar Rp 30 juta per hektar. Biaya modal kerja : bibit, pupuk dan saprotan, tenaga kerja, dan biaya lainnya, sejak tanam hingga panen (3 tahun) kurang lebih Rp 60 juta per hektar. Tinggal menghitung dan dikalikan luas lahan yang hendak kita miliki dan kelola.
Mendung menggantung di langit menandakan hujan akan segera datang. Waktupun sudah sore, kamipun segera pulang menaiki sampan. Namun kali ini Raharjo yang mendayung sampan dan mengantarkan kami sampai pondok di pinggir jalan, tempat mobil kami terparkir sejak siang. Sayup-sayup suara adzan maghrib terdengar di tengah perjalanan pulang. Sebelum memasuki gerbang tol Muara Enim, kami mampir di sebuah warung makan. Untuk melaksanakan shalat jamak qashar maghrib dan isya’ sekaligus makan malam pindang patin khas Palembang. Semoga usaha perkebunan sawit rakyat makin berkembang, menguntungkan, bermanfaat dan memberikan keberkahan bagi petani, pelaku UMKM Pangan di Indonesia.
Wallahu’alam
*) Ketua LP UMKM PWM Jawa Tengah, Pemerhati Pangan dan Agribisnis.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait