PALEMBANG, iNewsJatenginfo.id - Seusai tugas menghadiri Muktamar IMM ke XX di Palembang, kami berkesempatan mengunjungi kebun sawit milik kolega Doni Irhamsyah yang berada di desa Gumai, kecamatan Gelumbang, kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Setelah sarapan di kedai pempek Pak Raden kota Palembang, kami berempat menuju lokasi melalui jalan tol Palembang-Muara Enim. Dari exit tol Muara Enim masih menempuh waktu kurang lebih 40 menit, menyusuri kawasan perkebunan sawit hampir di sepanjang perjalanan. Kami sangat menikmati jalan tanah keras yang cukup lebar dengan mobil double cabin milik Saiful.
Saiful, teman yang juga memiliki kebun sawit yang lokasinya berhimpitan dengan kebun Doni. Dia memiliki kebun sawit dua petak yang lokasinya masih satu desa, masing-masing seluas 65 hektar dan 12 hektar. Sebagian tanaman sawit yang berusia 3 tahun milik Saiful sudah mulai berbuah tahun ini. Sementara milik Doni baru mulai ditanami dan dibudidayakan 6 bulan lalu. Semuanya merupakan replanting tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Replanting atau penanaman kembali perkebunan kelapa sawit rakyat merupakan salah satu cara alternatif untuk menjaga kelangsungan perkebunan sawit di masa yang akan datang. Lahan yang dimiliki Saiful (77 hektar) dan Doni (48 hektar) adalah lahan sawit yang dibeli dari bekas tanaman sawit yang telah berusia diatas 20-25 tahun dan sudah tidak produktif lagi.
Sebagaimana diketahui bahwa tanaman sawit merupakan tanaman perkebunan yang boros air. Kelapa sawit mampu bertahan di lahan yang dikelilingi air tatkala musim hujan dan banjir. Meski air menggenangi batang tanaman, asal janjang buahnya tidak terendam air maka tidak akan busuk dan tetap dapat dilakukan pemanenan. Kebetulan lahan yang hendak kami kunjungi saat ini lokasinya tergenang air, sehingga membutuhkan perahu sampan (Jawa : gethek) untuk mencapai lokasi kebun sawit milik Doni.
Setelah memarkir mobil dan beristirahat sejenak di “pondok” (Jawa : rumah gubuk), saya melihat tong berisi ikan selinca (Jawa : sepat) dan lele. Selain untuk kebutuhan lauk, ikan tersebut juga dijual ke pasar dengan harga Rp 15.000 per kilogram. Lumayan buat tambahan penghasilan pekerja kebun. Cara menangkap ikan cukup sederhana yaitu dengan membuat jaring segi empat yang ditali ke-empat sisinya lalu ditautkan dengan bambu dan dibenamkan ke dalam air sungai di depan pondok. Sehari bisa mendapatkan beberapa kilogram ikan selinca dan ikan lele.
Sambil menunggu pekerja kebun menyiapkan sampan, kami ngobrol sambil menikmati kopi dan melihat pemandangan perkebunan sawit sejauh mata memandang. Berdasarkan data BPS tahun 2022, luas perkebunan sawit di Provinsi Sumatra Selatan 1.230.966 hektar. Di kabupaten Muara Enim terdapat 81.665 hektar, menduduki urutan keenam. Lima kabupaten yang memiliki lahan sawit terluas, yaitu Musi Banyuasin (314.099 Ha), Ogan Komering Ilir/OKI (228.430 Ha), Banyuasin (202.758 Ha), Musi Rawas (131.971 Ha), dan Musi Rawas Utara (96.416 Ha).
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait