KEBUMEN, iNewsJatenginfo.id - Embung Giritirto yang terletak di Kecamatan Karanggayam, Kebumen mengalami kerusakan yang kemungkinan besar disebabkan oleh bencana. Namun demikian Bupati Kebumen Arif Sugiyanto sudah meminta kepada Inspektorat untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Bupati menjelaskan bahwa saat ia melakukan pemeriksaan bersama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Camat, dan Kepala Desa setempat, terlihat bahwa embung Giritirto mengalami kerusakan yang cukup parah, terutama pada bagian dindingnya, sehingga embung tersebut tidak bisa berfungsi.
"Dalam proses pembangunan, saya sempat memeriksa lapangan dan melihat pembangunannya berlangsung dengan cukup baik. Saat proses serah terima, kondisi embung sudah terisi air dan jalur akses di sekitarnya sudah terbentuk dengan baik,"ujar Bupati di Pendopo Kabupaten, pada hari Rabu (23/8).
"Mengenai laporan masyarakat tentang kerusakan parah embung ini, saya telah meminta Inspektorat Daerah untuk melakukan pemeriksaan. Mereka juga sudah mengunjungi lokasi, dan insya Allah pemeriksaan akan segera dilakukan," tambahnya.
Terkait penyebab kerusakan, Bupati menyatakan bahwa belum dapat disimpulkan apakah disebabkan oleh bencana atau faktor lain.
"Inspektorat akan memberikan informasi lebih lanjut mengenai kapan dan mengapa terjadi kerusakan ini. Itu akan didalami oleh Inspektorat," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR, Joni Hernawan, menambahkan bahwa proyek pembangunan embung Giritirto pertama kali dimulai pada tahun 2018, namun mengalami kegagalan karena pihak pengembang atau kontraktor merasa tidak mampu melanjutkannya.
"Karena ketidakmampuan untuk melanjutkan, kontrak proyek tersebut batal, penyedia jasa tidak mampu melanjutkan atau kurang kredibel, sehingga tidak ada pembayaran yang dilakukan karena pekerjaan tidak dapat diteruskan," jelasnya.
Kemudian, pada tahun 2019, rencana pembangunan embung Giritirto diaktifkan kembali. Pada tahun 2020, dana dialokasikan, dan pada tahun 2021, pembangunan dilaksanakan dengan anggaran sebesar Rp2,4 miliar. Penyedia jasa yang bekerja berbeda dengan yang sebelumnya pada tahun 2018.
"Pada tahun 2022, embung dilaporkan mengalami kerusakan yang menyebabkan tidak dapat digunakan, karena tidak dapat diisi air," tambahnya.
Terkait penyebab kerusakan tersebut, Joni juga menyatakan bahwa belum dapat pasti apa penyebabnya, apakah disebabkan oleh bencana atau faktor lainnya. "Saat ini belum ada kepastian, masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut,”tambahnya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait