Sunanto adalah sosok yang menorehkan jejak dalam riwayat perjuangan. Cak Nanto, nama panggilan akrabnya lahir di pesisir biru Sumenep, Jawa Timur, pada 24 September 1980. Cak Nanto adalah sang penari harapan di tengah deru ombak hidup. Dari perpaduan cahaya Matahari dan Pelangi, ia menyusuri lorong-lorong kecil hati, sebagai putra bungsu yang bercengkrama dengan matahari senja, Muatram dan Zakiah, rakyat yang mengajarkan arti kerja keras dan tanah berkulit cokelat.
Mengisahkan masa kanak yang tak selalu menyenangkan, Cak Nanto memilih jejak menuju panti asuhan Muhammadiyah Sumenep, sebagai kanvas pertama untuk menorehkan catatan hidupnya. Dia, seperti kata-kata pada bait puisi tersembunyi, merasa di pangkuan cinta di bawah naungan bendera Muhammadiyah.
Ia memahami betul, seperti hujan mengembalikan kerinduan pada tanah kering, bahwa pendidikan adalah sayap yang akan mengantarkannya terbang tinggi. Berpuluh tahun berlalu, ia menapaki jalan kejayaan dengan buku-buku sebagai sahabat setia, menulis jejak di halaman-halaman hati.
Saat puncak remaja melambai, Cak Nanto menyusuri lorong bunga pengalaman. Dalam organisasi Muhammadiyah, ia belajar akan tujuan hidup. Mengintip dari jendela rindangnya, ia menyaksikan pelajaran bahwa ketekunan adalah deretan kata-kata yang diteguhkan dalam darah.
Membawa segumpal semangat, Cak Nanto merantau jauh dari pantai biru. Dia menghadapkan diri pada peradaban Jawa Tengah, dan langit disambut oleh usik angin dari kota Solo. Menyerap ilmu dari relung-relung Universitas Muhammadiyah Surakarta, seperti purnama menyoroti kegelapan malam.
Seiring perjalanan, Cak Nanto tak pernah melupakan rumahnya, Muhammadiyah. Dia bergabung dalam irama IMM, seolah menjalin tari semangat dengan angin pagi. Disitulah, dia menemukan sinar pencerahan dan petunjuk dalam setiap hembusan angin yang berbisikkan "fastabiqul khairat."
Perjalanan bukan sekadar jejak, melainkan nadanya yang dinyanyikan oleh langkah-langkahnya. Posisi tak sekadar angka, tetapi dia punya tanggung jawab besar dalam kekuatan dan tujuan.
Kini, Cak Nanto menemukan dirinya di persimpangan jalan baru, sebagai calon anggota legislatif. Dia adalah penjaga mimpi, penyambung benang merah cita-cita. Di antara semua angin yang berhembus, hanya satu yang mampu menggerakkan layar perubahan. Dia adalah angin kepastian yang menerbangkan harapan.
Mengikat janji-janji seperti benang pelangi pada langit senja, Cak Nanto ingin mewujudkan perubahan. Dia tidak hanya mewarisi jejak yang ada, tetapi ingin meninggalkan jejak yang akan diikuti oleh masa depan. Dalam setiap langkahnya, dia adalah puisi yang berbicara, menyampaikan pesan-pesan dalam irama kehidupan. Dalam setiap panggilan suara, dalam hentakan langkahnya, Cak Nanto adalah penjaga alam, menjaga ekosistem harapan dan impian. Seperti burung migran yang terbang ribuan mil, ia membawa pesan dalam sayapnya, menyampaikan keinginan semua yang diwakilinya.
Saat cahaya senja menyinari hari, Cak Nanto merenung di tepi pantai. Dia mengingat masa lalu yang penuh liku, tetapi tak pernah putus asa. Setiap gelombang yang datang dan pergi, mengajarkannya ketabahan dan keluwesan seperti kisah-kisah yang tersembunyi di antara kabut pagi.
Ia tak sekadar mencari kursi di lembaga, tetapi memikul amanat hati rakyat. Ia berdiri di ambang, menghadapkan diri pada kenyataan yang menggelegar seperti guntur. Namun, hatinya tenang seperti sungai yang meluncur dalam aliran yang pasti.
Dalam setiap mata yang menatapnya, dalam setiap doa yang mengiringi langkahnya, Cak Nanto membawa segumpal harapan yang tak terbatas. Ia adalah prisma yang memecahkan cahaya, membentuk spektrum warna-warna perubahan.
Jika kamu mendengar suara angin berbisik, itu adalah doa-doa yang tulus untuknya. Jika kamu melihat bunga mekar di tengah padang gersang, itu adalah gambaran tentang bagaimana perjuangannya memberi hidup bagi banyak hati.
Di balik jubah kenangan yang terlipat rapi, di balik senyum tulus yang terukir abadi, Cak Nanto melangkah maju. Ia tak hanya membawa harapannya sendiri, tetapi juga harapan setiap individu yang menanti sentuhan perubahan.
Jadi, marilah kita berjalan bersama Cak Nanto, melewati jalan-jalan perjuangan yang memutar, menantang, dan memikat. Dia adalah refleksi dari setiap langkah kita dalam mengejar harapan. Bersama dia, mari kita menjadi pelukis kisah masa depan yang indah, dengan kuas perubahan di tangan kita.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait