Berbagai potensi positif yang membuat pengembangan baik daya pikir, olah data sampai kebiasaan moralitas harus menjadi tumpuan yang dihasilkan dari orientasi positif yang ada dalam pendidikan. Jika pendidikan justru tidak membangun hal detail semacam itu, lalu untuk apa pendidikan itu sendiri hadir, sangat di sayangkan jika pendidikan sampai pada orientasi selesai kewajiban yang pragmatis, yang penting tugasnya mengajarnya selesai, yang penting pendidikannya lulus, tapi tidak meluluskan sumber daya yang cakap baik secara lahir yaitu kemapanan skil dan cara kerja yang penuh akan kreatifitas berkarya tapi juga cakap secara batin sebagaimana baik moralitasnya. Pendidikan sudah saatnya mengedepankan ejawantah kelulusan yang mendedikasikan harkat martabat kehidupan manusia Indonesia yang sesungguhnya. Sekali dayung dua pulau, pendidikan karakter dan keahlian adalah dimungkinkan jika semua berawal dari kesadaran bersama dan instrumen yang melengkapi setiap implementasinya.
Memupuk Kemerdekaan Belajar
Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang sarat akan kemerdekaannya, merdeka yang dalam konotasinya adalah mampu menghilangkan sekat yang kurang relevan terhadap pendidikan itu sendiri. Mereka yang terlibat di dalam pendidikan tidak lagi terbebani tugas yang berat yang tak berkaitan langsung dengan pendidikan itu sendiri. Kewajiban administrasif misalnya, kewajiban administrasif yang melulu soal teknis yang terlampau susah akan memunculkan beban yang menguras energi baik pikiran dan tindakan, tak sampai disitu pemenuhan administrasinya yang susah juga memakan waktu yang banyak. Padahal, tugas memikirkan dan melakukan pembelajaran yang kondusif dan efisien saja sudah merupakan hal besar yang memerlukan banyak konsentrasi. Lalu jika kita mau melihat program yang ada apakah sudah demikian ?. Merdeka belajar yang mengambil atensi besar para penyelenggara pendidikan kita barangkali mencoba melangsungkan yang demikian, bahwa dengan penyederhanaan soal-soal administrasi bagi para pengajar bakal menyediakan waktu lebih untuk pendidik memikirkan proses pembelajaran yang lebih baik lagi.
Kurikulum baru yang digagas juga membawa misi penyesuaian implementasinya berbasis pada kesiapan setiap instansi penyelenggara pendidikan, tidak lagi harus dipaksakan sama tapi lebih fleksibel bahwa pedoman pendidikan itu lebih fundamental namun kesiapan pelaksanaan juga perlu dipertimbangkan. Kalau malah justru dipaksakan dan mengubah apa yang sudah berjalan, di tengah waktu pendidikan yang ada malah bakal tingkat kematangannya akan jauh, bahkan bisa jadi nihil. Selain itu, gaya baru dalam merdeka belajar yang dalam hemat saya adalah memulainya dengan perubahan paradigma pendidikan, pendidikan yang ada coba di lakukan betul dengan mengedepankan kesempatan berkembang para peserta didik, tentu dengan penyesuaian tingkat pendidikannya masing - masing.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait