Upaya semacam ini adalah wujud kolaborasi yang membawa misi character building di lingkungan pendidikan. Bahwa untuk membangun bangsa dan negara dimulai dari membangun generasi yang bermoral serta bermartabat. Bahwa melalui budaya positif dalam penyelenggaraan pendidikan adalah pendalaman tentang strategi agar pendidikan lebih bermakna lagi. Kontrol sosial antar pada elemen yang terlibat di dalamnya juga merupakan rangkaian yang harus dimulai. Misalnya semacam kesungguhan guru dalam mengontrol murid, atau murid dalam menjalankan kewajibannya yang melekat atau interaki diantaranya
Bagaimana Memulainya ?
Menjawab hal demikian, lalu apa yang bisa di lakukan? Bahwa menciptakan ruang yang bukan hanya mendukung proses pengajaran yang mudah, tapi juga suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik ?
Yang ada dalam benak saya kemudian pertama - tama ialah membangun kesadaran bersama atas mortalitas yang demikian. Bahwa proses pendidikan bukanlah ajang yang menghilangkan prinsip - prinsip kesamaan dalam pendidikan itu sendiri. Bahwa dalam pendidikan yang paling utama bukanlah satu pihak dibandingkan pihak yang lainnya. Bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan justru adanya lintas pihak ini pendidikan bisa berlanjut dan dilangsungkan atas nama pendidikan. Dalam kosa kata kata lain antara objek dan subjek pembelajaran, keduanya sama pentingnya dan tidak ada yang jauh harus dilebihkan kedudukannya, tentunya selain juga karena metode, pendidikan bisa berlangsung ya atas adanya keduanya.
Kesadaran ini adalah membangunkan betul kesepahaman bahwa semua pihak baik mereka yang melakukan tugas mulianya sebagai tenaga pengajar atau mereka yang berjuang penuh memenuhi ekspektasi pendidikan yang terangkum dalam pointer yang kita sebut dengan nilai tidaklah bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Bahwa dalam proses pendidikan ini bukan hanya pada soal mana yang lebih urgensif dilakukan tapi adalah sejauh mana proses pembelajaran mampu menelurkan insan - insan yang memberikan toleransi betul sebagai makhluk yang hidupnya bersosial. Dengan demikian, kesadaran semacam ini bakal mempedomani masing-masing pihak agar mampu menepatkan kesungguhannya dalam mewujudkan apa yang jadi tujuan penyelenggaraan pendidikan.
Kemudian, setelah melalui paradigma yang demikian. Selayaknya kehidupan yang menyehatkan, asupan yang ada dalam proses pendidikan melalui pembelajaran material ini perlu disisipi suplemen vitamin semacam paduan budaya positif. Pengajaran yang efektif yang tidak terlalu terpaku pada persepsi pendidikan yang kadangkala kolot dan tertutup pada masukan adalah salah satu contoh yang harus di hindari betul. Pendidikan justru semestinya memunculkan banyak kebaruan dalam hal reaktualisasi pengetahuan yang di bahas baik melalui praktik vokasi atau diskusi hangat. Terlihat mudah memang secara teori, kenyataannya ini adalah tantangan besar pendidikan, pendidikan harus membangun iklim paling positif mungkin dengan menyediakan segala ruang dan waktu yang memadai jalinan interkoneksi antara siswa dan pendidik, keterbukaan satu sama lain untuk menerbitkan pendidikan yang lebih inklusif perlu ditekankan.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait