Selepas mengajar ngaji, dia menjaga Warnet, yang saat itu masih diminati di Yogyakarta, aktifitas ini dilaksanakan hingga pukul 03.00 WIB, dini hari sebelum kembali ke masjid saat shalat shubuh.
Untuk mengais rejeki lagi, setiap Minggu pagi sampai siang Alvin juga berjualan es teh di Sunmor, yaitu pasar dadakan yang berlokasi di sekitar kampus Universitas Gadjah Mada.
“Saya menjalani itu semua hampir empat tahun lamanya, ya tetap bersemangat karena yakin akan harapan kelak impian masa depan terwujud,” tandas Alvin.
Di sela-sela kesibukan menjadi Marbot Masjid dan bekerja paruh waktu, Alvin masih aktif mengikuti organisasi seperti IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMAFTA (Ikatan Mahasiswa Alumni Futuhiyyah Yogyakarta), IKANMAS (Ikatan Mahasiswa Semarang), IKPM JATENG, JFB (Jogja Folding Bike), dan lain sebagainya.
Meski demikian, tak lantas membuat Alvin terlena dalam akademik. Dirinya bertekad membuktikan bahwa meski aktivitas tetap tugas utamanya yaitu belajar tetap dapat diatur dengan baik. “Boleh menjadi aktivis, tapi jangan pernah lupa dengan tugas utamanya, yakni kuliah.Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan S1 di UIN Sunan Kalijaga dengan waktu 3 tahun 5 bulan dengan IPK cumlaude yaitu 3,70,” terang mahasiswa doktoral studi Islam UIN Walisongo ini.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait