"Khaul" 2 Tahun Pasar Weleri

*Oleh Khafid Sirotudin
"Khaul" 2 Tahun Pasar Weleri. Foto: Ist

"Kulo mboten kiat dodolan teng mriko pak. Saben dino tombok 30-50 ribu" (Saya tidak kuat berjualan di pasar 
penampungan pak. Setiap hari rugi Rp 30-50 ribu), tutur Yu Satun, penjual daging ayam yang mangkal di Pasar Tlongopan.

Ciri Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah warisan budaya adiluhung bangsa yang sudah ada, tumbuh dan bertahan hingga sekarang. Hampir di setiap daerah se Indonesia memiliki pasar tradisional. 

Terdapat beberapa ciri pasar tradisional yang tidak dimiliki oleh pasar modern, antara lain :

Pertama, tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi barang dan jasa dengan cara tawar menawar secara langsung. Harga ditetapkan berdasarkan "kesepakatan dan kerelaan" kedua belah pihak.

Transaksi tidak hanya didasarkan pada 'profit oriented' (orientasi keuntungan) semata, namun lebih ke arah "benefit oriented" (orientasi kemanfaatan/keberkahan). Banyak kita temui transaksi yang demikian di pasar tradisional. 
Sehingga ungkapan syukur "sebagai penglaris (bukak dasar)" pada transaksi pertama pagi hari jamak dilakukan. Meskipun penjual tidak mendapatkan keuntungan alias "bak-buk" (Harga Pokok Pembelian).

Kedua, sebagai "sumber nafkah" banyak pihak yaitu  sektor informal (bekerja tanpa ijasah) yang terserap diantaranya : tukang becak, buruh panggul dan bongkar muat barang, juru parkir, jasa keamanan/penjaga malam, tukang pijat urut, makelar dan sebagainya. Juga lapangan kerja formal seperti karyawan/wati toko, salesman/girl dan tenaga administrasi.

Editor : Iman Nurhayanto

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 6

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network