Untung mengakui jika jumlah penderita stroke di Indonesia cukup tinggi, bahkan stroke menempati posisi pertama sebagai penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi di Indonesia.
"Ini menjadi PR bersama terutama bagi kami sebagai dokter saraf yang langsung menghadapi," tegasnya.
Maka dari itu, pihaknya mengharapkan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama bersinergi agar memberi pemahaman mengenai pencegahan-pencegahan stroke.
"Di seluruh dunia juga menekan angka kejadian stroke, karena kalau ada satu orang stroke saja, itu sudah sangat merugikan banyak pihak, baik yang sakit, keluarganya, maupun masyarakat," ujarnya.
Sementara menurut Ketua Panitia Peringatan Hari Stroke Sedunia 2022 Perdossi Cabang Banyumas dr. Nazwan Hassa, Sp.S. mengatakan stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian di dunia. Sedangkan di Indonesia, penyakit stroke menempati urutan pertama.
Selain itu, meski penderita stroke terbanyak di atas usia 55 tahun, namun saat ini sudah mulai banyak diderita warga berusia di bawah 45 tahun. Bahkan mulai menyerang usia anak-anak.
Di Banyumas sendiri tidak ada laporan atau angka yang spesifik terhadap kasus stroke, namun jika mengacu pada Riset Kesehatan Dasar Nasional (Rikesdasnas), kejadian stroke dari tahun ke tahun meningkat. Di mana pada awalnya sekitar 8 persen, kini sudah mencapai menjadi 12,1 persen per tahun.
"Oleh karena itu, perlu bagi kami, menyosialisasikan pentingnya pemahaman penyakit stroke kepada masyarakat dengan harapan angka kejadian stroke dan efek penyebab dari penyakit stroke bisa berkurang," ungkapnya.
Pasalnya, 40 persen penderita stroke sering terjadi berulang. Di mana serangan ulang tersebut menunjukkan jika kepedulian masyarakat terhadap penyakit ini masih sangat kurang.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait