Wakil Ketua Komisi X DPR RI yang menjadi inisiator Kongres Sejarah Bung Karno mengakui menemukan banyak hal-hal baru selama diskusi penajaman lini masa sejarah Bung Karno di tempat-tempat pengasingannya.
Kandidat doktor sejarah dari Undip itu makin meyakini, tempat-tempat pengasingan Bung Karno harus menjadi milik publik, dan dapat diakses publik seluas mungkin, sebagai sandaran memori kesejarahan bangsa ini.
"Jadi ada kesepahaman, nanti situs-situs Bung Karno ini harus difungsikan ulang sebagai museum, perpustakaan, galeri, atau bahkan rumah bangsa, untuk dapat diakses masyarakat luas, terutama generasi muda, sebagai pengikat memori sejarah bangsa ini. Sehingga terjadi aktivitas penerusan sejarah dengan museum dan atau perpustaan tadi sebagai pusatnya," terang Agustina.
Diskusi terpumpun kali ini banyak mendapat respon dari para peserta, terutama menyangkut upaya untuk menjadikan rumah tahanan Bung Karno sebagai asset daerah yang dipergunakan sebagai monument kejuangan.
Ketua LPPM Universitas Sari Mutiara Medan Adiansah mengharapkan ada penerusan karakter dan spirit kejuangan Bung Karno kepada generasi muda melalui pengayaan tempat-tempat bersejarah tersebut.
"Sebenarnya, jika spirit Bung Karno itu terwariskan secara sistematis, karakter generasi muda ini sudah selesai, kita sudah otomatis Pancasilais, sudah terwujudkan dalam ucapan dan Tindakan," katanya, yang berharap juga ada penelitian-penelitian sejarah baru yang dipermudah dan hasilnya juga dapat diakses lebih mudah oleh publik.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait