Diskusi yang cair itu justru membuka banyak hal-hal baru rentang Bung Karno selama di Parapat. Suyatno menginfokan bahwa dalam situasi itu, Bung Karno bahkan ditabalkan marga oleh warga setempat, sebagai bukti kecintaan mereka.
"Ada sumber yang menyebutkan Bung Karno mendapat marga Ginting. Tapi kita perlu mencari referensi lain mengenai hal ini. Tapi, apapun itu menunjukkan bahwa Bung Karno diterima oleh masyarakat Batak, bahkan diperjuangkan untuk bebas dari pengasingan itu," terang mantan Kepala UPT Perpustakaan Bung Karno itu.
Ikatan Memori Publik
Senada dengan Suyatno, Aziz menambahkan tentang hari-hari Bung Karno di pengasingan, dan bagaimana interaksinya dengan para pejuang.
"Jika tidak ada upaya pembebasan dari para pejuang yang sangat intens, Bung Karno mungkin bisa lebih lama lagi berada di Parapat. Tapi, Belanda justru merasa tidak aman, karena kok pejuang makin bersemangat. Apalagi, Bung Karno tetap dapat mengatur negara meski diasingkan. Bung Karno masih dapat mengatur Republik ini dari balik bilik. Luar biasa," kagumnya.
Narasumber lain, Ian Pasaribu, lebih menekankan visi politik Bung Karno, dan pencapaian-pencapaian Presiden paling kharismatis itu, juga pengakuan dunia atas kepemimpinannya.
"Jika bicara tentang Bung Karno, yang saya miliki hanyalah kekaguman dan pemujaan. Sungguh tokoh yang luar biasa, dengan pemikiran, karakter, dan kepedulian pada bangsa yang tak terbandingkan," terangnya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait