get app
inews
Aa Text
Read Next : Antibodi Masyarakat Indonesia Kebal Lawan Covid-19 Setelah Tembus 98,5 Persen!

Momen Liburan, ini Tren Perjalanan Wisata yang Paling Dicari Wisatawan saat

Minggu, 12 Juni 2022 | 14:40 WIB
header img
Tren perjalanan wisata. Foto: Ist.

JAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Pemerintah telah melonggarkan pemakaian masker di ruang terbuka. 

Dengan adanya kebijakan ini, banyak wisatawan yang mulai melakukan perjalanan wisata.

Berdasarkan temuan dari Visa yang didapat dari data Studi Global Travel Intentions 2021, masyarakat Indonesia menjadikan perjalanan wisata sebagai pelarian dan hiburan dari rasa penat setelah banyak berdiam di rumah selama pandemi.

Studi ini menyoroti bagaimana kebanyakan masyarakat menginginkan perjalanan wisata yang bebas repot, sebagai kebutuhan utama sebesar 21 persen, melampaui kebutuhan berwisata yang bisa diatur sendiri, yang mendasar, menguatkan hubungan kembali, dan berdasarkan nostalgia. 

Sejalan dengan ini, perjalanan domestik mengalami pertumbuhan, sementara perjalanan internasional belum pulih, dikarenakan adanya pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah serta aturan karantina di negara-negara tujuan, pada saat studi ini dilakukan.

Riko Abdurrahman, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia mengatakan, Visa melakukan studi Global Travel Intentions ini untuk memahami preferensi perjalanan konsumen saat dunia berangsur pulih dari pandemi. 

"Temuan ini menunjukkan kerinduan masyarakat Indonesia untuk kembali berwisata dengan tanpa beragam pembatasan dan prosedur karantina yang ketat. Seiring banyaknya negara yang sudah mulai melonggarkan aturan perjalanannya, kami berharap perjalanan domestik maupun internasional akan segera berkembang kembali,” ujar Riko Abdurrahman, melalui keterangan virtualnya belum lama ini.

Dia menambahkan, berdasarkan studi ini, ketenangan pikiran / peace of mind (48 persen) dan kesehatan & keselamatan (25 persen) menjadi pertimbangan utama wisatawan Indonesia selama mempersiapkan perjalanan. 

Untuk memastikan peace of mind, mereka mencari penerbangan yang menawarkan proses refund, asuransi perjalanan, serta paket perjalanan yang terencana. 

Sementara itu, lanjutnya, untuk memastikan kesehatan dan keselamatan, konsumen di Indonesia secara berkala memeriksa ketentuan berperjalanan dan memastikan vaksinasi sebelum melakukan perjalanan. 

Saat bepergian ke luar negeri, mereka juga memilih pembayaran contactless dan pembayaran dengan kartu, untuk transaksi yang lebih aman.

Riko menambahkan, adapun destinasi internasional terpopuler yang ingin dikunjungi masyarakat Indonesia berdasarkan studi tersebut, adalah Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Thailand, dan Korea Selatan. 

"Motivasi utama untuk bepergian ke luar negeri adalah merasakan pengalaman budaya lokal dan pelarian dari kesibukan serta relaksasi," kata dia.

Sementara itu menurut Riko, untuk perjalanan domestik, beberapa destinasi yang paling diminati adalah selain Bali ada Banyuwangi, Makassar, dan Padang, dengan motivasi utama mencari pengalaman budaya lokal dan petualangan di alam terbuka. 

Perjalanan mewah juga diminati segmen kelas atas/affluent karena menawarkan perpaduan aktivitas yang menenangkan dan eksklusif, dengan kata kunci yang paling banyak dicari adalah hotel mewah (54 persen), restoran fine dining (16 persen), dan resor & vila mewah (10 persen).

Riko berharap berharap studi ini memberikan wawasan yang berharga bagi para pelaku usaha di ekosistem industri pariwisata. 

"Seiring jumlah kasus Covid-19 yang terus mengalami penurunan dan keputusan pemerintah untuk mulai membuka perbatasan serta merelaksasi pembatasan perjalanan, kami berbagi optimisme dengan masyarakat Indonesia, pemulihan industri pariwisata semakin terlihat menjanjikan,” kata Riko.

Executive Vice President Transaction Banking Business Development PT Bank Central Asia Tbk I Ketut Alam Wangsawijaya mengatakan, euforia masyarakat yang akan berwisata saat ini meningkat. 

Bahkan, peningkatannya ini sampai di luar kesanggupan airlines, transportasi, hingga tempat wisata yang resources-nya sudah ke mana-mana selama 2,5 tahun ini.

"Maka itu dibutuhkan kerja sama dengan semua pihak untuk memberikan infrastruktur agar masyarakat bisa memeroleh pelayanan yang diinginkan. Kami memberikan layanan transaksi tanpa kontak bisa memudahkan masyarakat ketika melakukan pembayaran," ujar I Ketut Alam Wangsawijaya.

Pada kesempatan yang sama, Chief Marketing Officer Starbucks Indonesia, Liryawati mengatakan hingga saat ini sudah ada 487 gerai Starbucks yang menerapkan transaksi yang bersifat contactless. 

"Sejak recovery sudah terlihat, kami mulai menyiapkan wacana seperti ini. Oleh karena itu, sejak awal tahun kami sudah menerapkan konsep contactless," katanya.

Editor : Iman Nurhayanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut