JAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Kementerian Kesehatan mencatat bahwa kasus flu Singapura di Indonesia sudah tembus 5.0000an kasus, tepatnya 5.461 sepanjang 2024 ini. Lebih detailnya, sebanyak 738 kasus flu Singapura berada di Banten dalam waktu 3 bulan menurut Dinas Kesehatan Banten.
Bahkan, baru-baru ini ada laporan kasus suspek flu Singapura di Depok.
Ada kekhawatiran kasus flu Singapura akan terus merebak di Indonesia. Untuk itu, penting bagi masyarakat mengetahui apa itu flu Singapura dan apa penyebab penyakit ini.
Prof Erlina Burhan, Ahli Paru sekaligus Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menjelaskan flu Singapura adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh virus Coxsackie. Strain virus Coxsackie yang paling umum menyebabkan flu Singapura adalah A16.
"Kalau strain virus Coxsackie yang menyebabkan gejala paling berat adalah A6," kata Prof Erlina Burhan dalam Webinar PB IDI, belum lama ini.
Flu Singapura dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa, walau di banyak kasus anak-anak menjadi target dari serangan virus penyakit ini.
"Flu Singapura umumnya menginfeksi anak berusia 10 tahun," jelasnya.
Apa saja gejala penyakit flu Singapura?
Prof Erlina menerangkan bahwa gejala awal flu Singapura biasanya seperti ini:
1. Demam
2. Nyeri tenggorokan
3. Sakit tenggorokan
4. Kalau sudah nyeri tenggorokan, pasien akan batuk
"Kalau ciri khas flu Singapura adalah terdapat lenting pada tangan, kaki, dan mulut. Itu kenapa penyakit flu Singapura juga disebut sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease," kata Prof Erlina.
Dia melanjutkan jika lenting tersebut pecah, akan menimbulkan ulkus atau luka dan kemudian menjadi koreng. Sementara kalau lentingnya di mulut, lalu pecah, akan menjadi sariawan.
Nah, jika anak-anak yang mengalami gejala ini, terutama ada lenting di mulut lalu pecah, kerap kali membuat anak-anak susah makan karena rasa perih dan tidak nyaman.
"Kalau makannya itu sesuatu yang ada rasa asin atau pedas, ya, sudah pasti menyebabkan rasa perih di mulut. Air hangat juga bisa menyebabkan rasa perih," kata Prof Erlina.
Editor : Iman Nurhayanto