Sifa menjalankan pabrik dengan kapasitas produksi mikroalga hingga 500 kilogram per bulan itu menggunakan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dan sambungan listrik PLN. Selain memanfaatkan energi hijau, Albitec juga menerapkan prinsip permakultur hingga pengelolaan sampah terintegrasi.
"Orang bilang ini idealis sekali, tapi buat kami, ini proses untuk menjadi jalan tengah," ucapnya.
Perusahaannya tersebut memasarkan spirulina dalam beberapa bentuk. Buat pasar ekspor, mikroalga berwarna biru kehijauan itu dipasarkan dalam bentuk bubuk dan serpihan atau flakes. Harganya bervaratif, tergantung kualitas dan peruntukannya. Untuk spirulina bubuk dengan kualitas terbaik, Albitec mematok harga sekitar Rp1 juta per kilogramnya. Sementara yang termurah, untuk keperluan pakan ternak, dibandrol di Rp350.000 per kilogram.
Albitec yang berlokasi di wilayah Gunungpati, Kota Semarang, terdapat 16 kolam dengan kapasitas 25.000 liter per kolamnya. Perusahaan itu juga punya mesin pengering dengan kapasitas 20-30 kilogram per lapisan yang ditenagai oleh Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)
Sekarang, Albitec telah menerima pesanan ekspor dengan permintaan hingga 9 ton tiap bulannya.
"Kami mencoba untuk menguasai pasar Eropa. Insyaallah di April ini kita akan ke Jerman untuk melakukan pameran. Di Indonesia sendiri kita masih coba target di 10 persen pasar dalam negeri. Itu untuk tahun ini," jelas Sifa.
Editor : Iman Nurhayanto