BANYUMAS, iNewsJatenginfo.id - Jagad Lengger Festival (JLF) 2022 turut dimeriahkan oleh kelompok Calengsai, Minggu (26/6).
Penonton nampak memadati kompleks Pendopo Si Panji untuk menyaksikan penampilan tersebut.
Calengsai sendiri merupakan akronim dari Calung (alat tradisional), Lengger, dan Barongsai. Ketiga unsur tersebut merupakan perpaduan budaya Jawa dan Tiongkok yang sejak dulu beriringan secara harmonis.
Dimulai dengan tembang beserta tarian Jawa yang diiringi musik khas Banyumasan, perlahan alunan musik khas Tiongkok masuk mengiringi langkah barongsai.
Seketika riuh penonton pun pecah. Tarian Jawa dan atraksi Barongsai saling bergantian satu sama lain hingga pada akhirnya mereka melebur bersatu padu menghibur para penonton.
Salah seorang penonton Dicky Rega (21) rela menempuh jarak puluhan kilo meter demi bisa datang ke acara Jagad Lengger Festival 2022. Pria asal Cilacap ini mengaku antusias begitu mendengar ada gelaran acara seperti ini.
"Keren sih mas, kaya aku juga jarang juga lihat tarian seperti itu. Untuk event2 yang seperti ini semoga semakin banyak lagi, biar budaya budaya bisa terus dilestarikan," ujarnya pada iNews.Purwokerto.id.
Dalam sebuah atraksi, dua Barongsai berwarna merah dan kuning tersebut secara bergantian menaiki sebuah podium. Tiba-tiba teriakan penonton pun pecah kala Barongsai tersebut seperti terperosok. Namun, Barongsai itu segera bangkit dan para penonton pun bertepuk tangan.
Salah seorang pemain Barongsai Singa Purwokerto Timur Dimas Agung Prayogo (21) masih dipenuhi peluh pada wajahnya. Sembari menenteng kepala Barongsai, pria yang telah terjun pada kesenian Barongsai sejak TK ini mengaku bahwa berbagai luka memar kerap ia alami selama latihan.
"Yang kalo di meja tah sengaja. Memang itu bagian dari pertunjukan, biar ramai gitu," katanya sembari tersenyum.
Penampilan yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut disambut dengan meriah oleh para penonton. Tampak pula raut kelegaan di wajah para penari dan pemain Barongsai.
Pasalnya, mereka berpacu dengan hujan deras yang sedari sore mengguyur Banyumas. Kendati demikian, pesan tentang toleransi, kerukunan, dan keharmonisan dapat mereka sampaikan pada para penonton.
Editor : Iman Nurhayanto