Kedua tokoh NU itu yakni, KH A Wahid Hasyim (putra KH Hasyim Asy'ari dan ayah Gus Dur) dan KH Masykur.
Keduanya menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yakni suatu badan khusus yang bertugas untuk menyelidiki, mempelajari dan memepersiapakan hal-hal penting lainnya yang terkait dengan masalah tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara Indonesia merdeka, termasuk merumuskan dasar negara.
Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia. Peringatan Hari Lahir Pancasila ini merupakan amanat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016.
Hal ini sebagai bentuk penghargaan perjuangan para pendiri bangsa dalam merumuskan Pancasila diharapkan masyarakat bersama-sama memeriahkan dan menyemarakkan Bulan Pancasila yaitu dimulai 1 Juni hingga 18 Agustus.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Marsudi Syuhud mengatakan, Pancasila yang saat ini menjadi dasar negara Indonesia sudah disetujui oleh Kiai-Kiai NU dan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Pada Muktamar NU ke 25, dibuat sebuah keputusan dari hasil musyawarah yang dihadiri oleh sebelas Kiai sepuh NU dalam menentukan tokoh yang akan memimpin NKRI ini. Hal itu tertuju kepada dua nama besar yakni Soekarno dan Hatta.
Kiai Marsudi menjelaskan, dari hasil musyawarah itu, Soekarno terpilih dengan sepuluh suara dan Hatta satu suara. Namun akhirnya keduanya dijadikan dwitunggal dalam memimpin NKRI ini yakni Presiden dan Wakil Presiden.
Menurut Kiai Marsudi, peranan NU dalam kemerdekaan Indonesia tidak hanya sebatas itu. Dasar negara atau saat ini dikenal dengan Pancasila merupakan hasil persetujuan Kiai Kiai NU.
“Pancasila saat ini disetujui oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan kiai-kiai NU melalui istikharahnya. Pembuatan dasar negara itu juga tidak terlepas dari arahan dan saran dari Hadratussyaikh dan kiai kiai NU,” ungkapnya.
Dengan demikian, setelah ditetapkan negara Pancasila ini, hukum menjaga Tanah Air Indonesia adalah wajib.
Seperti halnya Nabi Ibrahim As yang berdoa untuk keamanan negaranya. Sebab landasan utama beribadah dengan baik adalah negara yang aman.
“Inti bernegara adalah fasilitas kemakmuran negara untuk menggerakan keimanan,” katanya.
“Hadratussyaikh membuat jargon hubbul wathon minal iman, bela negara bagian dari iman untuk membuat negara yang aman dan makmur,” katanya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait