KENDAL, iNewsJatenginfo.id - Sejak awal rembugan LP-UMKM PWM dan MEK PWA Jateng, kami berkomitmen bahwa pengembangan pelaku dan produk UMKM di lingkungan persyarikatan tidak bisa dilaksanakan tanpa sinergi dengan UPP (Unit Pembantu Pimpinan : Majlis, Lembaga, Biro), Organisasi Otonom (Ortom), AUM (Amal Usaha Muhammadiyah), BUMM (Badan Usaha Milik Muhammadiyah), BUMWM (Badan Usaha Milik Warga Muhammadiyah) dan Pihak lain yang memiliki komitmen untuk bergotong-royong, berjamiyyah dan kolaborasi memajukan UMKM. Tema yang diangkat Rakerwil kali ini “Inklusi UMKM Muhammadiyah dan Pengembangan Ekonomi Perempuan Berkemajuan”. Mengingat fakta di lapangan bahwa pelaku UMKM di Jawa Tengah sebagian besar adalah perempuan.
Kekuatan, ketelitian, kesabaran dan kesetiaan terhadap profesi dan aktivitas ekonomi UMKM Perempuan mayoritas berbasis usaha dan Industri Rumah Tangga (IRT : Industri Rumah Tangga). Selaras dengan fungsi domestik seorang ibu sebagai Kepala Rumah Tangga dan Bapak sebagai Kepala Keluarga. Sesuai dengan apa yang pernah diajarkan oleh para sesepuh Jawa di masa lalu : “wong wedok ngelu sirahe nang njero omah, wong lanang sirahe ngelu nang njobo omah” (perempuan kepalanya pusing di dalam rumah, lelaki pusing kepalanya di luar rumah).
Pandemi covid-19 selama 2 tahun telah meluluhlantakkan perekonomian global. Tak terkecuali Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-empat di dunia. Beruntung pemerintah mengambil kebijakan yang relatif baik, bergandengan tangan dengan berbagai organisasi masyarakat dan kekuatan bangsa lainnya selama menghadapi pandemi covid-19. Partisipasi Muhammadiyah melalui MCCC, MDMC, RSMA dan relawan sosial dari Majelis-Lembaga-Ortom terbukti memiliki kontribusi yang sangat besar–jikalau bukan yang terbesar–dan diakui berbagai kalangan.
Keberhasilan kolektif segenap komponen anak bangsa menghadapi pandemi covid 19, setidaknya terlihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Jawa Tengah selama pandemi, masa endemi dan pasca pandemi yang masih lebih baik dibandingkan negara lain. Recovery ekonomi pasca pandemi banyak disumbang oleh pelaku ekonomi skala mikro, kecil dan menengah. Pelaku UMKM lebih cepat, lebih gesit dan lebih adaptif dalam memulai aktifitas bisnis dibandingkan pelaku bisnis dan industri skala besar. UMKM tidak terlalu ribet dan njlimet dengan feasibility study, target-target profit dan sejenisnya. Gerak kebangkitan ekonomi pelaku UMKM pada masa endemi dan era new normal, sebagaimana dinyatakan pepatah Jawa : “sopo ubet biso ngliwet, sopo obah biso mamah” (siapa mau berihtiar kreatif pasti bisa menanak nasi, siapa mau bergerak pasti bisa makan).
Meningkatnya angka pengangguran baru akibat PHK massal dari sektor industri besar dimasa pandemi memunculkan permasalahan sosial-ekonomi baru bagi keluarga korban PHK. Apalagi kebanyakan pengangguran baru itu adalah laki-laki kepala keluarga. Uang pesangon dari perusahaan hanya bisa bertahan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga selama beberapa bulan. Selebihnya musti mencari sumber pendapatan alternatif bagi keluarga.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait